Kehidupan masyarakat yang penuh dengan keberagaman memerlukan kajian multidisiplin untuk menghasilkan sebuah konsep dengan sudut pandang berbeda yang berdampak secara luas bagi keberlangsungan masyarakat itu sendiri. Arsitektur, technology, pendidikan dan entrepreneurship adalah beberapa bidang ilmu yang dapat berkolaborasi untuk memberikan kontribusi positif bagi pembangunan kota secara menyeluruh. Di satu sisi, bangunan di perkotaan merupakan hal yang sangat penting. Sebuah penelitian bahkan menggambarkan adanya keterkaitan antara karakteristik maupun arsitektur bangunan dengan gaya hidup dari masyarakat yang tinggal di kota tersebut (Liu et al., 2015). Sebagai gambaran di China, urbanisasi dan modemisasi telah mampu mengubah karakteristik bangunan yang ada meskipun bervariasi, tergantung pada status sosio ekonomi masyarakat setempat (Liu et al., 2014).

Demikian halnya di Jakarta, ibukota yang padat penduduknya juga memiliki potensi berbagai ancaman akibat geografis maupun dinamika sosiologis. Pertumbuhan dan pembangunan di kota Jakarta memiliki banyak aspek yang perlu menjadi perhatian bersama. Beberapa dampak yang diakibatkan oleh pertumbuhan yang demikian pesat adalah penurunan tanah yang mengakibatkan pada retaknya bangunan dan infrastruktur yang ada serta banjir di berbagai titik di Jakarta (Abidin, Andreas, Gumilar, & Wibowo, 2015). Dari sudut pandang lainnya, perkembangan sebuah kota juga perlu memperhatikan faktor sosial dan ekonomi masyarakat, sehingga tetap membuka peluang agar masing-masing kelompok sosial dapat saling berinteraksi dengan baik (Leaf, 1996).

Architechnopreneurship merupakan sebuah “konsep arsitektur altematif’ yang dikembangkan kapasitas arsitek yang mampu menghasilkan karya sesuai dengan konteks Jakarta sebagai bangunan di zona banjir dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi sebagai bagian dari warning system. Konsep bangunan Jakarta sebagai construct adalah melakukan optimalisasi potensi dengan memperhatikan aspek entrepreneurship yang sesuai dengan karakteristik wilayah Jakarta. Architechnopreneurship dapat disebut juga sebagai arsitektur modem, karena dikembangkan dengan mengedepankan nilai modernitas yang dikolaborasikan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat Jakarta (Frampton & Futagawa, 1983). Hal ini penting karena gaya arsitektur rumah menjadi pertimbangan bagi konsumen baik secara penampilan maupun tata letak fungsional (Asabere, Hachey, & Grubaugh, 1989). Architechnopreneurship sebagai hasil kontemplasi Ilmu Arsitektur, Entrepreneurship dan Pendidikan yang menghasilkan sebuah model disain mmah adaptif dengan banjir disertai proses edukasi yang dibutuhkan dengan tidak meninggalkan aspek-aspek popularitas yang berdampak kepada nilai ekonomi.

Referensi

Abidin, H. Z., Andreas, H., Gumilar, I., & Wibowo, I. R. R. (2015). On correlation between urban development, land subsidence and flooding phenomena in Jakarta. IAHS-AISH Proceedings and Reports, 370, 15—20. https://doi.org/10.5194/piahs-370-15-2015

Asabere, P. K., Hachey, G., & Grubaugh, S. (1989). Architecture, historic zoning, and the value of homes. The Journal of Real Estate Finance and Economics, 2(3), 181-195. https://doi.org/10.1007/BF00152347 Frampton, K., & Futagawa, Y. (1983). Modem Architecture. Architecture. ADA Edita.

https://doi.Org/10.1378/chest.66.4.388 Leaf, M. (1996). Building the road for the BMW: Culture, vision, and the extended metropolitan region of Jakarta. Environment and Planning A, 28(9),

https://doi.org/10.1068/a281617 Liu, W., Fluang, C., Hu, Y., Zou, Z., Shen, L., & Sundell, J. (2015). Associations of Building Characteristics and Lifestyle Behaviors with Home Dampness-related Exposures in Shanghai Dwellings. Building and Environment, 88, 106—115.

Liu, W., Huang, C., Hu, Y., Zou, Z., Zhao, Z., & Sundell, J. (2014). Association of building characteristics, residential heating and ventilation with asthmatic symptoms of preschool children in Shanghai: A cross-sectional study. Indoor and Built Environment, 23(2), 270- 283. https://doi.org/10.! 177/1420326X13516970