Di era digital saat ini, semakin banyak anak-anak yang tidak lagi mengenal permainan tradisional. Pergeseran minat ke arah permainan berbasis teknologi telah menyebabkan permainan tradisional seperti dampu bulan mulai ditinggalkan. Padahal, permainan tradisional merupakan aktivitas yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga sarat nilai edukatif dan budaya. Permainan tradisional adalah bentuk permainan yang diwariskan secara turun-temurun, yang biasanya dapat dimainkan secara berkelompok, menggunakan alat bermain yang sederhana, dan mengandung unsur kebersamaan. Permainan tradisional dapat menjadi media alternatif yang efektif dalam menstimulasi perkembangan anak usia dini karena dunia anak adalah dunia bermain, dan bermain merupakan jembatan bagi anak untuk belajar. Bahkan, pembelajaran akan lebih menyenangkan dan bermakna jika dikemas melalui aktivitas bermain yang sesuai dengan anak (Wahyu & Rukiyati, 2022).

Gambar 1. Permainan Dampu Bulan
(Sumber: https://indonesiaone.org/engklek-permainan-tradisional-yang-menyenangkan/

Dampu Bulan adalah permainan tradisional khas Betawi, tetapi dampu bulan memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah. Dampu Bulan merupakan permainan yang dapat dimainkan oleh dua orang atau lebih. Permainan ini dilakukan dengan cara melompat menggunakan satu kaki di atas diagram berbentuk kotak yang digambar di atas tanah. Pola permainan biasanya terdiri dari beberapa kotak bernomor yang disusun secara berurutan, serta satu setengah lingkaran di bagian akhir sebagai penutup jalur. Diagram ini umumnya digambar menggunakan kap atau batu putih. Pada permainan dampu bulan setiap pemain melempar pecahan genting atau batu pipih ke dalam salah satu kotak sebagai gaco. Setelah itu, pemain melompat mengikuti urutan kotak sambil menjaga keseimbangan tubuh. Selama permainan berlangsung, pemain tidak diperbolehkan menginjak garis pembatas atau kotak yang telah ditempati oleh gaco mereka. Permainan dampu bulan juga bukan hanya sebagai hiburan namun dapat melatih keterampilan motorik, dan kemampuan menjaga keseimbangan pada anak, selain itu permainan dampu bulan juga mencerminkan nilai-nilai ketangkasan dan kedisiplinan yang diajarkan secara alami (Rosma et al., 2023).

Asal-usul permainan dampu bulan memiliki beberapa teori yang berkembang di masyarakat dan artikel budaya. Sebagian teori mengatakan bahwa dampu bulan dibawa oleh bengsa Belanda ke Indonesia dan biasa dimainkan oleh anak-anak dari keturunan Belanda. Dalam bahasa Belanda, permainan dampu bulan juga disebut Zondaag Maandag. Teori selanjutnya juga mengatakan bahwa permainan dampu bulan juga memiliki kesamaan dengan permainan yang ada di Britania Raya yang disebut dengan Hopscotch. Bakan ada teori lain yang menyebut bahwa permainan dampu bulan sudah ada sejak zaman Romawi Kuno (Annastasia F.Q., 2021). 

Selain sebagai permainan tradisional, dampu bulan juga dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran operasi hitung, permainan dampu bulan dapat dimanfaatkan untuk memperkuat pemahaman siswa akan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian secara konkret kepada siswa. Diagram kotak-kotak yang digunakan dalam permainan ini dapat dimodifikasi menjadi representasi bilangan, sehingga setiap lompatan siswa menjadi aktivitas berhitung yang bermakna (Karina et al., 2021). Sebagai contoh siswa akan mengambil kartu yang berisikan pertanyaan tentang operasi hitung yang harus diselesaikan dengan memainkan dampu bulan dan menginjak angka yang dapat menghasilkan angka yang diminta melalui kartu soal. Misal, siswa akan mengambil kartu soal dan berisikan pertanyaan “penjumlahan dari angka berapakah yang bisa menghasilkan angka 15” maka siswa akan meloncat sambil menjumlahkan angka yang telah diinjak. Kartu soal lainnya tidak akan menanyakan penjumlahan saja, tetapi juga pengurangan, perkalian, dan pembagian. 

Penggunaan permainan tradisional seperti dampu bulan dalam pembelajaran matematika dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan kognitif dan afektif siswa (Himmatul Ulya, 2017). Melalui aktivitas melompat di atas petak-petak bernomor sambil mengikuti aturan permainan, siswa dapat belajar materi operasi hitung dengan menyenangkan. Proses berhitung yang dilakukan selama permainan memungkinkan siswa menghubungkan langkah-langkah fisik dengan representasi numerik, sehingga materi yang dipelajari tidak membosankan bagi siswa. Bagi guru, Dampu Bulan dapat menjadi alternatif media pembelajaran yang inovatif dan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Permainan ini juga sejalan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual yang menekankan pentingnya mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman langsung dan budaya lokal yang dikenali siswa. 

Pengintegrasian permainan tradisional dampu bulan dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap operasi hitung melalui pendekatan yang kontekstual dan berbasis budaya lokal. Permainan ini memungkinkan siswa untuk mengalami langsung proses berhitung dalam suasana yang menyenangkan dan interaktif. Tujuan dari penggunaan dampu bulan sebagai media pembelajaran meliputi: (1) memperkuat pemahaman siswa terhadap operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian melalui aktivitas fisik yang konkret dan bermakna; (2) meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses belajar matematika dengan menghadirkan media yang relevan dengan kehidupan mereka; (3) menanamkan nilai-nilai budaya lokal dan membangun kesadaran akan pentingnya pelestarian permainan tradisional; serta (4) mendukung pembentukan karakter positif seperti kerja sama, ketekunan, dan sportivitas melalui interaksi sosial yang terjadi selama permainan berlangsung.

Dengan mempertimbangkan potensi edukatif, nilai budaya, dan karakteristik permainan Dampu Bulan, pengintegrasiannya dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar menjadi langkah strategis untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap operasi hitung. Permainan ini tidak hanya menghadirkan pengalaman belajar yang konkret dan menyenangkan, tetapi juga memperkuat keterhubungan antara materi pelajaran dan konteks budaya lokal yang dekat dengan kehidupan siswa. Melalui pendekatan ini, pembelajaran matematika tidak lagi bersifat abstrak dan monoton, melainkan menjadi proses yang aktif, bermakna, dan berakar pada kearifan lokal. Oleh karena itu, pemanfaatan Dampu Bulan sebagai media pembelajaran berbasis budaya lokal layak dikembangkan sebagai alternatif inovatif dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dasar.

Referensi

Annastasia F.Q. (2021). Seri Permainan Tradisional di Indonesia: Engklek. Kanak. https://bintangpusnas.perpusnas.go.id/konten/BK65541/seri-permainan-tradisional-di-indonesia-engklek

Himmatul Ulya. (2017). PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. 371–376. https://repository.ummetro.ac.id/files/artikel/967b29a8033b7621321b15c78166e74a.pdf

Karina, C. D., U.S, S., & L.A, S. (2021). Eksplorasi Etnomatematika Pada Permainan Tradisional Indonesia Komunitas TGR (Traditional Games Return). Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2), 1599–1615. https://doi.org/10.31004/cendekia.v5i2.674

Rosma, S. A., Indria, D., Subagja, M. R. H., Maulana, S., Manoglu, H. S. M., & Dewi, R. R. K. (2023). Dampu Bulan Sebagai Sarana Pelestarian Budaya Indonesia Pada Anak Usia Dini Karawang: Dampu Bulan. Jurnal Dorkes (Dedikasi Olahraga Dan Kesehatan), 1(1), 23–26. https://doi.org/10.35706/dorkes.v1i1.9593

Wahyu, A., & Rukiyati, R. (2022). Studi literatur: Permainan tradisional sebagai media alternatif stimulasi perkembangan anak usia dini. Jurnal Pendidikan Anak (WEBSITE INI SUDAH BERMIGRASI KE WEBSITE YANG BARU ==> Https://Journal.Uny.Ac.Id/v3/Jpa), 11(2), 109–120. https://doi.org/10.21831/jpa.v11i2.51524