Integrasi Tarian Gawi sebagai Praktik Ethnopedagogy untuk Pembentukan Karakter di Sekolah Dasar
Karakter merupakan fondasi utama dalam membentuk pribadi manusia yang berintegritas. Karakter mencakup pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks pendidikan, karakter dipandang sebagai inti dari proses pembelajaran yang tidak hanya menekankan aspek kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu, institusi pendidikan dituntut untuk merumuskan strategi pembelajaran karakter yang lebih inovatif, kontekstual, dan relevan agar mampu menghadirkan pribadi-pribadi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh secara moral di tengah arus perubahan yang begitu cepat dan tak terduga (Sagala, 2024).
Pendidikan Pancasila di sekolah dasar memiliki peran penting dalam membentuk karakter peserta didik yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Namun, tantangan globalisasi dan derasnya arus budaya modern sering kali membuat generasi muda kurang mengenal budaya lokalnya sendiri. Oleh karena itu, diperlukan inovasi pembelajaran yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai budaya ke dalam pendidikan formal (Mardawani, Juri, and Santi 2022). Salah satu nilai budaya bangsa Indonesia adalah tarian daerah. Tarian daerah adalah salah satu bentuk ekspresi seni gerak yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat, diwariskan secara turun-temurun, serta mencerminkan nilai-nilai, adat istiadat, dan identitas budaya daerah setempat. Tarian ini biasanya dipertunjukkan dalam berbagai acara adat, ritual keagamaan, perayaan, maupun hiburan masyarakat.
Salah satu tarian daerah Indonesia adalah Tarian Gawi yang berasal dari Suku Lio, Kabupaten Ende. Menurut arti ethimologisnya Gawi berasal dari dua kata yaitu “Ga” dan “Wi” Ga artinya “Renggang” dan “Wi artinya “Menarik”. Menurut asal kata tersebut maka Gawi memiliki arti “Menarik yang Renggang. Kata “Ga” jika didahului kata “Ata” menjadi “Ata Ga” yang artinya “Orang Disini”. Ungkapan orang di sini secara lebih khusus dikenakan bagi mereka yang disegani. Dalam arti lain kata “Ga” apabila ditambah huruf “H” maka menjadi “Gah” yang artinya “Sini”. Untuk menggabungkan kata “Gah” ini dengan “Wi” yang artinya “Menarik”, maka mesti ditambahkan kata “Da ditengahnya menjadi “Wi Da Gah” yang artinya “Tarik kesini”. Berdasarkan ethimologisnya maka Gawi bermakna: Pertama: menari, memanggil kembali orang-orang yang telah pergi untuk kembali ke persekutuan. Kedua: menarik orang untuk bersama-sama dalam persatuan mendekati orang yang berwibawa dan berkuasa. Ketiga: menarik orang-orang yang belum sama sekali bergabung dalam persekutuan.
Tarian Gawi, yang berasal dari Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, adalah salah satu tarian tradisional yang memiliki makna kebersamaan, gotong royong, dan persatuan. Tarian Gawi merupakan kekayaan nenek moyang suku Lio Ende yang mengungkapkan rasa syukur atas kemenangan dalam peperangan perebutan wilayah kekuasaan. Seiring dengan perjalanan perang antar suku sudah hilang, Saat ini tari Gawi mengalami perkembangan dan biasanya dipertunjukkan pada saat upacara adat Joka Ju atau Tolak Bala. Bahkan untuk upacara pernikahan dan upacara syukuran. Tarian Gawi dipentaskan dalam bentuk lingkaran, sebagai pertanda persatuan, kebersamaan dan kekompakkan dari seluruh anggota masyarakat adat setempat. Dalam formasinya para penari Gawi terutama penari laki-laki harus berada di tengah lingkaran sedangkan penari perempuan mengambil formasi di luar lingkaran. Formasi seperti ini mempunyai arti memberikan penghargaan atau penghormatan kepada kaum laki-laki dan penari perempuan memberikan spirit kepada kaum laki-laki untuk meramaikan suasana pertunjukkan tari Gawi tersebut. Tari Gawi memiliki fungsi antara lain fungsi ritual/religi, fungsi pendidikan, fungsi hiburan,fungsi moral dan memiliki makna sebagai ungkapan rasa syukur, makna kebersamaan/solidaritas, makna pelestarian, dan makna estetis. (Zuli, and Utomo, 2019).
Gambar 1. Tarian Gawi (Ende Lio, Flores NTT)
Sumber: Koran Timor (https://korantimor.com), diakses pada 5 Oktober 2025.
Nilai-nilai yang terkandung dalam tarian Gawi, sejalan dengan tujuan pembelajaran Pancasila yang menekankan pada pembentukan sikap gotong royong, demokratis, nasionalis, dan bertanggung jawab. Dengan Tarian Gawi sebagai media pembelajaran Pancasila, peserta didik tidak hanya belajar melalui teori, tetapi juga mengalami langsung praktik nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadikan pembelajaran lebih kontekstual, bermakna, dan relevan dengan kebutuhan pendidikan karakter.
Tarian Gawi adalah salah satu tarian yang memiliki nilai-nilai pendidikan yang dapat dikembangkan dan diterapkan kepada peserta didik melalui pendidikan karakter untuk membentuk karakter peserta didik. Dalam praktiknya, Tarian Gawi selalu dilakukan secara berkelompok, di mana setiap penari saling bergandengan tangan dan bergerak mengikuti irama musik yang sama. Hal ini mencerminkan nilai kebersamaan, yang dapat diintegrasikan dalam kehidupan sekolah agar peserta didik terbiasa hidup rukun, saling menghargai, serta tidak mementingkan diri sendiri. Selain itu, Tarian Gawi juga menekankan pentingnya gotong royong. Gerakan tarian yang harus dilakukan secara kompak melatih siswa untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama. Nilai ini sangat relevan dengan kehidupan peserta didik, baik dalam kegiatan belajar kelompok maupun aktivitas sosial seperti kerja bakti di sekolah. Nilai disiplin juga terlihat dalam Tarian Gawi, karena setiap penari dituntut untuk mengikuti aturan gerakan dan irama yang sudah ditetapkan.
Integrasi nilai ini membantu peserta didik untuk menghargai aturan, bersikap tertib, dan tepat waktu dalam melaksanakan tugasnya. Tidak kalah penting, tarian ini menanamkan sikap tanggung jawab, sebab jika salah satu penari tidak fokus, maka akan mengganggu kekompakan seluruh kelompok. Hal tersebut mengajarkan siswa untuk menyadari peran masing-masing dan bertanggung jawab dalam menjalankannya. Lebih jauh, Tarian Gawi juga mengandung nilai cinta budaya dan identitas lokal. Dengan memperkenalkan dan melestarikan tarian ini, peserta didik belajar untuk menghargai warisan budaya bangsa sekaligus menumbuhkan rasa bangga sebagai bagian dari masyarakat Indonesia. Pada saat yang sama, lingkaran dalam tarian melambangkan persaudaraan dan persatuan, yang menjadi fondasi penting dalam membangun sikap toleransi serta menumbuhkan semangat kebhinekaan di kalangan peserta didik (Lina et al. 2023). Melalui integrasi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Tarian Gawi, pembelajaran tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga mengarah pada pembentukan karakter yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, Tarian Gawi dapat dijadikan sebagai media pendidikan karakter yang efektif, khususnya dalam pembelajaran Pancasila di sekolah dasar.
Referensi
Lina, Virgilius Bate, Elisabeth Ana Maria Mingge, Erwinus Wua Daga, Yasinta Bupu Fransiska, Maria Alexandria Bhoki Bheo, and Yarnulfo Romero Sey. 2023. “Pendidikan Berbasis Budaya Lokal Tarian ‘Ja’I’ Dalam Membentuk Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Dasar Di Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur.” Bina Gogik 10(1): 274–85.
Mardawani, Mardawani, Juri Juri, and Dominika Santi. 2022. “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Oleh Guru Pkn Dalam Upaya Membentuk Karakter Kebangsaan Siswa Di Smp Negeri 1 Empanangkapuas Hulu Tahun Pelajaran 2020/2021.” JURNAL PEKAN : Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan 6(2): 140–52. doi:10.31932/jpk.v6i2.1461.
Mati, Reneldis Tina, Muhammad Jazuli, and Udi Utomo. 2019. “The Study of Presentational and Discursive Symbol of Gawi Dance in Tenda Village , Ende Regency.” Catharsis 8(2): 143–50.

Comments :