Trilogy Of Virtues Program Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Dan Pencegahan Perilaku Menyontek Dalam Bentuk Integritas Terhadap Siswa Di Bangku Sekolah Dasar
Claudia Lestari Sinaga
PENDAHULUAN
Fakta! Menurut penelitian yang dilakukan oleh Khodaie, et al. (2011) menemukan bahwa sebanyak 95% dari 336 siswa di sekolah Tehran mengaku pernah mencontek saat ujian. Temuan ini menggambarkan masalah serius dalam sistem pendidikan yang terlalu berfokus pada hasil akademik tanpa memperhatikan aspek karakter. “Fungsi pendidikan bukan hanya menghasilkan manusia yang bisa berpikir, tetapi juga manusia yang berkarakter,” – Martin Luther King Jr. Martin Luther King Jr merupakan seorang aktivis dan filsuf politik Amerika Serikat yang sangat berpengaruh. Beliau dikenal karena perjuangannya melawan ketidakadilan dan diskriminasi di dunia. Kutipan dari Martin Luther King Jr ini menegaskan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya mengejar pengetahuan dan keterampilan kognitif, tetapi juga harus membekali individu dengan nilai-nilai moral dan karakter yang kuat. Pendidikan yang baik harus mampu menciptakan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas, etika, dan tanggung jawab. Tanpa penekanan pada pembentukan karakter, sistem pendidikan akan gagal dalam menghasilkan generasi yang jujur dan bertanggung jawab (Muslimah & Yudiarso, 2023).
Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan awal yang memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai luhur dan membentuk karakter anak sejak dini. Tetapi di era globalisasi ini, nilai-nilai moral dan etika semakin terkikis. Nilai akademik yang tinggi memang penting. Tetapi, hal itu tidak cukup untuk menjamin kesuksesan seseorang karena diperlukan juga karakter yang kuat seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati (Sherli et al, 2022). Menurut Balai Guru Penggerak Sulawesi Utara diungkapkan bahwa siswa yang memiliki karakter baik cenderung lebih sukses dalam berbagai aspek kehidupan terutama dalam karier dan hubungan pribadi. Kita semua menyadari bahwa pendidikan tidak hanya sebatas mengejar nilai akademik semata, tetapi juga membentuk karakter individu yang akan menjadi dasar bagi masa depan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan karakter di sekolah dasar harus menjadi prioritas agar dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berintegritas dan bertanggung jawab.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, banyak orang tua berharap anak mereka menjadi yang terbaik dalam hal nilai akademis. Mereka menekankan bahwa anak mereka harus meraih nilai tertinggi dibandingkan teman-temannya. Namun, orang tua juga seringkali mengabaikan aspek karakter yang ditanamkan. Orang tua hanya berfokus pada angka, tanpa memperhatikan kesehatan mental anak, serta potensi dan bakat unik yang dimiliki setiap anak sejak lahir yang merupakan anugerah dari Tuhan. Akibatnya, orang tua menanamkan hal yang salah, dalam benak anak membuat mereka hanya fokus mengejar kebahagiaan orang tua melalui nilai yang baik, bukan melalui pengembangan potensi diri mereka (Ulfa, 2020).
Menurut penelitian Raminem (2018) di SD Negeri 133 Seluma pada anak-anak kelas IV, penerapan pendidikan karakter dalam pelajaran bahasa Indonesia masih sangat minim. Guru cenderung lebih mengutamakan pencapaian nilai akademis daripada pembentukan karakter siswa. Penurunan moral siswa sekolah dasar semakin mengkhawatirkan karena banyak anak-anak yang mengabaikan karakter baik demi mencapai nilai yang tinggi. Contohnya, mereka lebih memilih menyontek saat ujian daripada belajar di rumah sebelumnya. Tindakan ini tidak bisa dibenarkan karena menunjukkan kurangnya integritas dan tanggung jawab. Menyontek merugikan proses belajar dan merusak nilai kejujuran yang penting untuk perkembangan pribadi dan etika kerja di masa depan. Sayangnya, banyak guru belum mengambil tindakan tegas untuk mengatasi hal ini, sehingga perilaku menyimpang ini menjadi kebiasaan yang sudah dinormalisasi sejak dini. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya serius untuk mengimplementasikan pendidikan karakter ke dalam pembelajaran sehari-hari (Primahatmojo & Badawi, 2020.
PEMBAHASAN
Pendidikan di bangku Sekolah Dasar (SD) seharusnya tidak hanya berfokus pada pencapaian nilai semata, tetapi juga pada pembangunan karakter anak. Karakter yang baik adalah hal penting bagi perkembangan anak, baik di masa kini maupun masa depan. Sekolah dasar adalah tempat di mana anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam lingkungan yang terstruktur. Hal ini adalah waktu yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang akan membimbing mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter mencakup aspek-aspek seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, kerja sama, dan disiplin. Nilai-nilai ini membantu anak-anak untuk tidak hanya menjadi pelajar yang baik, tetapi juga menjadi individu yang bertanggung jawab dan berkontribusi positif bagi masyarakat (Purnama, 2019).
Kevin Ryan (dalam Arifin, S., 2010:23), mendefinisikan pendidikan karakter yaitu “character education is teaching students to know the good, love the good, and do the good. It is cognitive, emotional, and behavioral. It integrates head, heart, and hands. It places equal importance on all three”. Artinya, pendidikan karakter melibatkan pengajaran kepada siswa untuk memahami, mencintai, dan melakukan hal-hal baik. Salah satu tugas penting sekolah adalah membentuk karakter siswa (Prabandari, 2020). Anak-anak usia sekolah dasar merupakan kelompok usia yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai karakter. Pengembangan pendidikan karakter di sekolah pada dasarnya adalah mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai karakter sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai menjadi keyakinan diri (Halidu et al, 2018).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “jujur” berarti dapat dipercaya, tidak berbohong, memiliki hati yang bersih, berkata apa adanya, tidak curang, tulus, dan ikhlas. Pengembangan karakter ini merupakan bagian dari pendidikan karakter yang bertujuan untuk membangun kepribadian siswa. Salah satu karakter utama yang perlu ditanamkan adalah kejujuran, agar anak-anak dapat mengenal dan memahami identitas mereka sendiri (Safitri et al, 2021). Namun, kenyataannya, sikap jujur sering kali terabaikan bahkan di tingkat SD. Hal tersebut diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2015) yang menunjukkan bahwa hampir 90% siswa pernah melakukan kecurangan saat ujian. Dari jumlah tersebut, 20 siswa (62,5%) mengaku telah berperilaku jujur lebih dari 10 kali dalam satu semester, 7 siswa (21,875%) melakukannya 5-10 kali, dan 4 siswa (12,5%) kurang dari 5 kali. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar siswa melaporkan berperilaku jujur, namun kenyataannya masih ada beberapa siswa yang terlibat dalam kecurangan saat ujian. Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan antara persepsi siswa tentang kejujuran akademis dan praktik nyata yang terjadi di lapangan.
Beberapa faktor yang menyebabkan siswa lebih memilih menyontek daripada berusaha sendiri adalah karena kurangnya rasa percaya diri di kalangan peserta didik. Ketika siswa merasa tidak yakin dengan kemampuan mereka, mereka cenderung bergantung pada cara-cara tidak jujur untuk meraih hasil yang diinginkan, seperti menyontek. Ketika siswa merasa tidak yakin dengan diri mereka sendiri, mereka lebih cenderung mengandalkan bantuan eksternal daripada percaya pada potensi mereka. Ini bisa mengakibatkan kebiasaan menyontek yang terus-menerus, merusak integritas akademis dan karakter siswa. Meskipun banyak guru dan pihak berwenang berusaha mengatasi masalah ini, solusi yang efektif sering kali sulit ditemukan. Beberapa pihak bahkan menganggap perilaku menyontek sebagai kebiasaan umum yang tidak memiliki dampak serius, padahal hal ini mengabaikan nilai kejujuran dan tanggung jawab. Budaya menyontek yang diterima di masyarakat membuat pencapaian akademis dicapai dengan cara tidak etis, yang merusak proses belajar dan nilai karakter jujur siswa (Hamidayati & Hidayat, 2018).
Permasalahan karakter siswa di Sekolah Dasar disebabkan oleh beberapa kendala dalam penerapan pendidikan karakter. Salah satu kendala utama adalah kurangnya pelatihan dan pemahaman guru mengenai konsep pendidikan karakter, yang berdampak pada pelaksanaan yang tidak optimal. Penelitian menunjukkan bahwa guru sering acuh tak acuh saat siswa mengerjakan ujian dan tidak memantau perkembangan siswa dengan efektif. Selain itu, dokumentasi penilaian sikap siswa sering tidak teratur, sehingga menyulitkan penilaian dan pemantauan perkembangan karakter siswa secara menyeluruh. Kendala lainnya adalah kesenjangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Agar pendidikan karakter efektif, dukungan keluarga sangat penting. Sekolah perlu membangun kemitraan dengan keluarga untuk memastikan nilai-nilai karakter yang diajarkan di sekolah diperkuat di rumah. Keterlibatan orang tua dapat membantu mengatasi perbedaan pencapaian karakter siswa dan mendukung pembiasaan karakter dalam kehidupan sehari-hari (Prabandari, 2020).
Sekolah bertanggung jawab membentuk karakter siswa melalui kegiatan pembelajaran di dalam dan di luar kelas. Guru berperan sebagai pengajar dan pendidik, sementara sekolah menyediakan media dan lingkungan yang mendukung. Pembentukan karakter dapat dilakukan melalui program yang menghubungkan nilai-nilai karakter dengan kehidupan sehari-hari. Terdapat beberapa program pembentukan karakter yang dapat saya usulkan, program ini saya beri nama Trilogy of Virtues Program yakni 3 program utama yang harus diperhatikan dan dikembangkan seperti empati, kejujuran, dan kesadaran diri. Berikut penjelasannya:
- Program empati merupakan program yang melibatkan siswa dalam membantu anak yatim atau lansia dengan memberikan barang yang masih layak dan tidak terpakai, program ini dirancang untuk mengembangkan sikap empati peserta didik
- Program kejujuran dapat melibatkan kotak kejujuran untuk mengembalikan barang yang ditemukan, mendorong kejujuran dan tanggung jawab peserta didik
- Selain itu, program penggabungan antara peduli lingkungan dan kesadaran diri, seperti mengunjungi tempat daur ulang atau membuat pupuk kompos.
Implementasi program-program ini akan lebih efektif jika dilakukan secara konsisten di dalam kelas dan di luar kelas. Guru harus menjadi role model yang baik dengan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai karakter yang diharapkan. Secara keseluruhan, nilai-nilai seperti kejujuran, empati, kesadaran diri, dan disiplin adalah kunci untuk kesuksesan dan pembentukan karakter siswa. Sekolah perlu menerapkan stimulasi yang tepat untuk menghasilkan reaksi yang sesuai pada karakter siswa, memastikan bahwa nilai-nilai tersebut tertanam dengan baik dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
PENUTUP
Pendidikan di tingkat dasar seharusnya tidak hanya fokus pada pencapaian nilai akademis tetapi juga pada pengembangan karakter yang kuat. Karakter kejujuran, tanggung jawab, dan empati sangat penting untuk membentuk pribadi yang baik dan sukses di masa depan. Jika sekolah hanya menekankan pada nilai akademis tanpa memperhatikan pendidikan karakter. Maka, kita berisiko membentuk generasi yang tidak memiliki integritas. Kebiasaan menyontek yang tampak sepele bisa berkembang menjadi pola pikir yang tidak jujur yang berpotensi mempengaruhi perilaku di masa dewasa, seperti dalam dunia kerja dan posisi-posisi penting di pemerintahan.
Oleh karena itu, perlunya keterlibatan dan kerjasama antara orang tua, guru, dan pihak sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan karakter secara efektif. Guru perlu mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam kurikulum dan kegiatan sehari-hari di sekolah. Selain itu, dukungan dari keluarga sangat penting untuk memastikan nilai-nilai positif yang diajarkan di sekolah juga diterapkan di rumah. Dengan pendekatan yang menyeluruh dan konsisten, kita dapat membantu siswa tidak hanya menjadi pelajar yang cerdas tetapi juga individu yang berintegritas dan siap menghadapi berbagai tantangan hidup dengan etika yang baik.
Analisis Prediksi Keberhasilan:
Jika program-program pendidikan karakter ini diterapkan secara konsisten dan didukung penuh oleh seluruh komponen sekolah, maka diharapkan akan terjadi perubahan positif pada perilaku siswa. Program seperti empati, kejujuran, dan kesadaran diri dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan karakter siswa. Namun, Proses ini memerlukan waktu dan kesabaran untuk mencapai hasil yang nyata. Keberhasilan program akan bergantung pada komitmen dan upaya dari guru, siswa, dan keluarga, serta pada implementasi yang tepat dan penilaian yang efektif dari kemajuan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Hamidayati, H., & Hidayat, S. (2020). Pendidikan Karakter; Fenomena Perilaku Mencontek pada Siswa di Sekolah Dasar. PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 7(4), 175-185.
Halidu, S., Dehi, P. M., Rahmat, A., & Mirnawati, M. (2018). Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Dasar di Indonesia. Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 217-224.
Kaseger, R. (2023, November 01). Pentingnya Pembelajaran Sosial dan Emosional dalam Pendidikan. Retrieved from bgpsulawesiutara.kemdikbud.go.id: https://bgpsulawesiutara.kemdikbud.go.id/2023/11/01/pentingnya-pembelajaran-sosial-dan-emosional-dalam-pendidikan/.
Muslimah, R. S., & Yudiarso, A. (2023). The Effect of Internet-Based Psychoeducation on Decreasing Academic Cheating in High School Students Pengaruh Psikoedukasi Berbasis Internet terhadap Penurunan Kecurangan Akademik Pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Psikologi, 12(2), 272-278.
Nurfirdaus, N., & Sutisna, A. (2021). Lingkungan Sekolah dalam Membentuk Perilaku Sosial Siswa. Naturalistic: Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, 5(2b), 895-902.
Pamungkas. (2015). Pengaruh Faktor-Faktor Dalam Dimensi Fraud Triangle Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Siswa Kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Tempel Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Prabandari, A. S. (2020). Implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 2(1), 68-71.
Prihatmojo, A., & Badawi, B. (2020). Pendidikan karakter di sekolah dasar mencegah degradasi moral di era 4.0. DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik, 4(1), 142-152.
Purnama, H. I. (2019). Penguatan pendidikan karakter berbasis budaya literasi dasar. Yudha English Gallery.
Raminem, R. (2018). Penananaman nilai karakter siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 133 Seluma melalui dongeng Sayembara Pandai Tidur. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran), 1(2), 246-256.
Safitri, A. O., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Peran pendidikan kewarganegaraan dalam membentuk pribadi yang berkarakter pada anak sekolah dasar. Jurnal Basicedu, 5(6), 5328-5335.
Sherli, P., Fadhilah Dwi, A., Nisa’Aqidatul, F., & Badruli, M. (2022). Penguatan Pendidikan Karakter Pada Siswa Sekolah Dasar Melalui Pemanfaatan Literasi Digital. Jurnal Pgsd, 8(1), 58-72.
Ulfah, M. (2020). DIGITAL PARENTING: Bagaimana Orang Tua Melindungi Anak-anak dari Bahaya Digital?. Edu Publisher.