Siswa dalam Masyarakat Digital: Praktik Digital anak Muda dan Implikasi dalam Pembelajaran
Siswa dalam Masyarakat Digital: Praktik Digital anak Muda dan Implikasi dalam Pembelajaran
Ubaidah, S.Pd., M.Pd
Pengajaran yang efektif dengan teknologi membutuhkan pemahaman tentang karakteristik siswa yang diajar. Siswa yang tumbuh pada tahun 1990-an dan 2000-an menyaksikan dan berpartisipasi dalam laju cepat perubahan teknologi digital, baik untuk keperluan pendidikan maupun pribadi. Pada 1990-an, pengalaman mereka dengan teknologi digital sebagian besar terkait dengan Web 1.0 yang hanya-baca dan pasif. Evolusinya ke Web 2.0 interaktif pada tahun 2000-an mengubah pengalaman siswa ini karena mereka diaktifkan untuk menjadi pengguna yang lebih aktif, dengan potensi kontrol dan kepemilikan yang lebih besar atas pembelajaran mereka sendiri.
Australian Communications and Media Authority [ACMA]( 2013 ) melaporkan hasil penelitian pada Mei 2012 diperkirakan 92% warga Australia berusia di atas 18 tahun menggunakan ponsel (termasuk tanpa akses Internet), penggunaan smartphone sebesar 49%. 33% dewasa awal (18-24 tahun) mengakses Internet dengan tablet komputer. Tablet yang digunakan di sekolah yaitu ipad, lenovo&samsung.
Proyek teknologi seluler bertujuan untuk memahami kepemilikan, penggunaan, dan sikap remaja terhadap teknologi seluler, dengan fokus pada pembelajaran. Penelitian ini juga memunculkan penilaian diri siswa terhadap literasi seluler mereka, yaitu keterampilan dalam menggunakan teknologi seluler untuk pembelajaran dan aktivitas sehari-hari. Penelitian ini signifikan dalam memberikan pendidik wawasan terkini tentang kebiasaan remaja menggunakan teknologi seluler serta keyakinan dan sikap mereka terhadap teknologi seluler untuk pembelajaran. Dengan tren yang mengarah ke bawa perangkat Anda sendiri (BYOD) di sekolah dan institusi pendidikan tinggi (Ackerman & Krupp, 2012 ; Butterman, 2012 ; Raths, 2012 ; Santos, 2013 ; Stavert, 2013 ), pemahaman tentang bagaimana siswa menggunakan teknologi seluler secara informal akan membantu merancang kegiatan pembelajaran BYOD yang memanfaatkan kompetensi digital siswa.
Hasil penelitian di australia didapat data bahwa 97% siswa berusia 12–15 tahun memiliki ponsel, 66% smartphone. 71% siswa memiliki akses ke tablet, dengan 85% menggunakan iPad dan 10% Samsung. 80% siswa memiliki akses internet melalui jaringan nirkabel dirumah. Dimana rata-rata mereka membuka media sosial baik Facebook, IG, Youtube maupun halaman web.(Australian Information and Communications Technology in Education Committee [AICTEC], 2009 )
Keyakinan dan Sikap Terhadap Teknologi Seluler
- Keamanan pribadi dan keterikatan pada ponsel
Para siswa menunjukkan bahwa meskipun mereka merasa aman dengan ponsel/smartphone, mereka tidak merasa cemas atau tertekan jika mereka tidak menerima pesan setiap hari. Seiring bertambahnya usia siswa, mereka semakin terikat dengan ponsel mereka—atau ke jaringan yang dimungkinkan oleh perangkat ini.
- Bersosialisasi secara online
Penelitian menemukan bahwa siswa berusia 12-15 tahun suka menggunakan perangkat seluler mereka untuk bersosialisasi. Hal ini sesuai dengan pilihan aplikasi favorit dan paling sering digunakan termasuk aplikasi sosial seperti Facebook dan Instagram. namun, para siswa umumnya tidak berpartisipasi dalam kegiatan komunitas online seperti blog meskipun mereka percaya bahwa komunitas ini dapat meningkatkan pengetahuan mereka melalui bersosialisasi dan berjejaring dengan perangkat seluler mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mereka lebih terikat pada kelompok sosial mereka sendiri daripada komunitas online yang lebih luas.
- Belajar dengan teknologi seluler
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kesepakatan yang kuat di antara kelompok siswa ini bahwa mereka dapat mempelajari teknologi baru dengan mudah. Ada siswa tidak sepakat bahwa penggunaan perangkat seluler untuk pembelajaran membuat frustrasi. Pada tingkat pribadi, siswa setuju bahwa mereka tertarik untuk belajar dengan perangkat seluler dan lebih termotivasi untuk belajar dengan perangkat ini . hasil penelitian juga menunjukkan bahwa belajar dengan teknologi seluler akan membuat mereka menjadi pembelajar yang lebih mandiri dan mandiri. Para siswa juga tertarik untuk diberi lebih banyak kesempatan untuk menggunakan perangkat seluler mereka untuk belajar karena mereka percaya bahwa penting bagi mereka untuk mempelajari lebih lanjut tentang mengintegrasikan perangkat seluler dan aplikasi ke dalam pembelajaran mereka.