Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme

dalam Pandangan Jean Piaget Lev Vygotsky

 

  1. Konsep Teori Belajar Konstruktivisme

Salah satu prinsip pada psikologi pendidikan adalah bahwa guru/pendidik tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka. Tokoh yang berperan pada teori ini adalah Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Hal tersebut tentunya berbeda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon. Teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan siswa untuk membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya (Widodo, 2005).

Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Hal ini menyebabkan seseorang dapat mempunyai pengetahuan yang lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum yaitu:

  1. Siswa harus aktif membina pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman yang sudah ada
  2. Siswa secara aktif dapat membangun pengetahuannya melalui proses saling mempengaruhi antara pengalaman belajar terdahulu dengan pengalaman belajar terbaru
  3. Siswa dapat membina pengetahuannya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada di dalam pikirannya
  4. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama, faktor ini berlaku apabila seorang siswa menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sebaliknya malah sesuai dengan pengetahuan ilmiah dan logis
  5. Sumber belajar yang disediakan harus mempunyai relevansi dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat siswa

Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya, Barlia, L. (2011) memberikan pandangan terkait teori konstruktivisme yang mempunyai beberapa karakteristik yaitu:

  1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,
  2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa,
  3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal,
  4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas,
  5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber. Sehingga belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skema sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis

  1. Pandangan Jean Piaget Terhadap Teori Konstruktivisme

Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama yang menegaskan bahwa penekanan teori konstruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Konstruktivisme Piaget menekankan pada proses yang dilalui siswa untuk mengetahui sesuatu dan tahapan yang dillui untuk memperoleh pengetahuan tersebut (Trianto, 2007). Piaget meyakini bahwa kecenderungan siswa berinteraksi dengan lingkungan adalah bawaan sejak lahir. Anak pada dasarnya memproses dan mengatur informasi dalam benaknya dalam bentuk skema. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang secara intelektual dapat beradaptasi dan berubah sesuai perkembangan mental anak. Skema bukanlah benda nyata yang dapat dilihat, melainkan suatu rangkaian proses dalam sistem kesadaran orang, maka tidak memiliki bentuk fisik dan tidak dapat dilihat. Skema tidak pernah berhenti berubah atau menjadi lebih rinci sehingga gambaran dalam pikiran anak menjadi semakin berkembang dan lengkap (Trianto, 2007).

Seseorang mengadaptasi dan mengkoordinasi lingkungannya dengan menggunakan skema itu sehingga terbentuk skema baru melalui asimilasi dan akomodasi. Skema yang terbentuk melalui asimilasi dan akomodasi tersebut kemudian disebut dengan pengetahuan yang telah dikonstruksi atau dibangun oleh siswa (Sunanik, 2014). Melalui adaptasi siswa memperoleh pengalaman yang baru berdasarkan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Proses asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema, melainkan memperkembangkan skema. Dalam perkembangan intelektual seseorang diperlukan keseimbangan antara asimilasi dengan akomodasi. Proses ini debut equilibrium, yaitu pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi (Trianto, 2007).

  1. Pandangan Lev Vygotsky Terhadap Teori Konstruktivisme

Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Vygotsky sangat menekankan pentingnya peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang. Vygotsky percaya bahwa belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan zone proximal, yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial. Zona ini juga dapat diartikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa (Baharuddin, 2008). Konsep lain dalam karya Vygotsky adalah “pembicaraan batin” (inner speech). Konsep ini muncul dari penjelajahan Vygotsky untuk menemukan hubungan antara tindakan pikiran yang tidak terlihat dengan bahasa sebagai fenomena kebudayaan, yang bisa dijelaskan dengan analisis obyektif. Pada aliran behavioris menyatakan bahwa pikiran hanyalah pembicaraan sub-vocal, pembicaraan lahirlah yang tumbuh sangat kecil. Vygotsky menegaskan bahwa pikiran dapat berkembang untuk merefleksikan kenyataan sosial. Proses komunikasi dengan orang lain menghasilkan perkembangan makna kata yang kemudian membentuk struktur kesadaran (Baharuddin, 2008).

Sebagaimana telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa teori belajar konstruktivisme menurut pandangan Jean Piaget dan Lev Vygotsky yaitu pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Namun, pengetahuan lebih diutamakan pada proses mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi. Artinya, siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya sendiri berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.

Daftar Pustaka

Baharuddin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Barlia, L. (2011). Konstruktivisme dalam pembelajaran sains di SD: tinjauan epistemologi, ontologi, dan keraguan dalam praksisnya. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 3(3).

Sunanik, S. (2014). Perkembangan Anak ditinjau dari Teori Konstruktivisme. SYAMIL: Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education), 2(1), 14.

Trianto, (2007). Model-model Pembelajaran iInovatif berorientasi kontruktivistik. Prestasi Pustaka: Jakarta.

Widodo, A., & Nurhayati, L. (2005). Tahapan pembelajaran yang konstruktivis: Bagaimanakah pembelajaran sains di sekolah. Seminar Nasional Pendidikan IPA, Bandung (Vol. 10).