Teori Kepemimpinan dalam Organisasi

Dr. Meilani Hartono, S.Si., M.Pd.

mhartono@binus.edu

Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya sejarah manusia, yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan daripada yang lain, terlepas dalam bentuk apa kelompok manusia tersebut dibentuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena manusia selalu mempunyai keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu.

Hammer (1995) dalam melihat kepemimpinan lebih mementingkan keinginan orang yang dipengaruhi oleh pimpinan daripada keinginan pemimpin itu sendiri. Seorang disebut pemimpin bukan karena ia membuat orang lain mengikuti keinginannya atau memaksakan orang mengikuti keinginannya, melainkan karena dapat membuat orang lain dapat melakukan apa yang ia inginkan. Jika Hammer & Champy melihat kepemimpinan dari sudut pandang “yang dipimpin”, maka Bennis dan Nanus (2006) melihat dari sudut pandang sebaliknya. Mereka melihat kepemimpinan dari sudut pandang pemimpin. Seseorang disebut pemimpin, jika ia mampu menjabarkannya menuju realita. Perpaduan sudut pandang ditemukan dalam definisi Burn (Yukl, 1989). Ia menggambarkan kepemimpinan sebagai sesuatu hubungan timbal balik yang slalu berkembang. Dalam hubungan yang demikian para pemimipin terus menerus membangkitkan motivasi berbagai respon pengikat dan memodifikasi perilaku mereka bila menghadapi sikap responsif ataupun perlawanan dalam proses hubungan maupun feedback yang berlangsung secara continue.

Robins (1995) merumuskan kepemimpinan sebagai suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar bekerja bersama-sama menuju suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama. Dengan kata lain, kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan kelompok tersebut.

Stogdill (dalam Bass, 1981) mengemukakan bahwa kepemimpinan tidak lain adalah proses (tindakan) yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan organisasi kelompok dalam upaya mencapai tujuan. Burns (dalam Lovell dan Eiles, 1983) mengidentifikasi kepemimpinan dalam dua aspek: transaksional dan transformasional. Kepemimpinan transaksional adalah interaksi pemimpin dengan pengikutnya (anggota) agar terjadi dan tercipta sating menghargai, sedangkan kepemimpinan yang transformasional dideskripsikan sebagai hubungan yang lebih mendalam dan lebih langgeng yang di dalamnya motivasi dan tujuan pemimpin dan anggotanya dipadukan dan menjadi dasar peningkatan perilaku yang lebih tinggi bagi keduanya. Oleh karena itu, seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya, sebagaimana kepemimpinan pada umumnya, mengemban dua fungsi yang berkaitan dengan tugas-tugas dan fungsi yang berkenaan dengan pemeliharaan kelompok (Hoy dan Miskel, 1987). Kedua fungsi perilaku itu oleh Halpin (1971) disebut dengan dimensi struktur inisiasi dan dimensi konsiderasi. Perilaku kepemimpinan pendidikan selalu mengacu pada dua fungsi ini, yakni perilaku yang berorientasi pada tugas dan perilaku yang berorientasi pada bawahan

Dari berbagai pendapat yang dirumuskan para ahli diatas dapat diketahui bahwa konsepsi kepemimpinan itu sendiri hampir sebanyak dengan jumlah orang yang ingin mendefinisikannya, sehingga hal itu lebih merupakan konsep berdasarkan pengalaman. Hampir sebagian besar pendefinisian kepemimpinan memiliki titik kesamaan kata kunci yakni “suatu proses mempengaruhi”. Akan tetapi kita menemukan bahwa konseptualisasi kepemimpinan dalam banyak hal berbeda. Perbedaan dalam hal “siapa yang mempergunakan pengaruh, tujuan dari upaya mempengaruhi, cara-cara menggunakan pengaruh tersebut”.

Kepemimpinan tergantung kepada banyak faktor dan tiap-tiap pimpinan senantiasa dapat memperbaiki dan mempertinggi kemampuannya dalam bidang kepemimpinannya dengan jalan mengimitasi cara-cara yang ditempuh oleh pemimpin yang berhasil dalam tugas-tugas mereka atau mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip yang mendasari kepemimpinan yang baik.

Definisi kepemimpinan seperti yang diungkapkan sebelumnya, berimplikasi pada tiga hal utama seperti dikemukakan oleh Locke (1997), yaitu: 1) kepemimpinan menyangkut ‘orang lain’, bawahan atau pengikut  Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin.  Jika tidak ada pengikut, maka tidak akan ada pula pemimpin, 2) kepemimpinan merupakan suatu ‘proses’. Agar bisa memimpin, pemimpin mesti melakukan sesuatu, kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu posisi otoritas. Kendatipun posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, tetapi sekadar menduduki posisi itu tidak memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin, 3) kepemimpinan harus ‘membujuk’ orang-orang lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin membujuk para pengikutnya lewat berbagai cara seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi.

Rumusan kepemimpinan dari sejumlah ahli tersebut menunjukkan bahwa dalam suatu organisasi terdapat orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, mengarahkan, membimbing dan juga sebagian orang yang mempunyai kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mengikuti apa yang menjadi kehendak dari pada atasan atau pimpinan mereka. Karena itu, kepemimpinan dapat dipahami sebagai kemampuan mempengaruhi bawahan agar terbentuk kerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Apabila orang-orang yang menjadi pengikut atau bawahan dapat dipengaruhi oleh kekuatan kepemimpinan yang dimiliki oleh atasan maka mereka akan mau mengikuti kehendak pimpinannya dengan sadar, rela, dan sepenuh hati.

 

DAFTAR PUSTAKA

Bass, Bernard M..1981. Stodgill`s Handbook of Leadrership : A Survey of Theory and Research. New York : The Free Press, A Division of Macmillan Publishing Co.,Inc.

Bennis, Warren.,Burt Nanus. 2006. Leaders,Strategi untuk Mengemban Tanggung Jawab. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer Kleompok Gramedia.

Halpin, Andrew W. 1971. Theory and Research in Administration. London : The Macmillan Co., Collier-Macmillan Ltd.

Hammer, Michael. 1995. Rekayasa Ulang Perusahaan . Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Hoy, Wayne K. dan Miskel, Cecil G. 1987. Educational Administration :  Theory, Research, and Practise . Third Edition. New York : Random House

Locke, E. A., 1997. Esensi Kepemimpinan (terjemahan), Mitra Utama , Jakarta.

Lovell, John T. dan Eiles, Kimball. 1983. Supervision for Better Schools. 5th ed. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice – Hall. Inc

Robbins. S, 1996, Perilaku Organisasi, Konsep Kontroversi dan Aplikasi, Jilid1, edisi bahasa Indonesia. PT Prenhallindo, Jakarta.

Yulk, Gary A, 1989, “Managerial Leadership: A Review of Theory and Research. Journal of Management, Vol 15, No.2, 251-289.