Implementasi Teori Belajar Humanisme dalam Pandangan Abraham H. Maslow & Carl Rogers
A. Konsep Teori Belajar Humanisme
Belajar bukan hanya sekedar menghafal atau mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, sikap atau tingkah laku, keterampilan, kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaannya. Jadi belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada diri peserta didik. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada pada siswa. Pada suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh implementasi suatu teori belajar, sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki peserta didik. Salah satu bentuk teori pembelajaran yang dapat mengakomodasi tujuan tersebut adalah teori belajar humanisme. Teori ini cenderung mengarahkan peserta didik untuk dapat berfikir induktif, mementingkan pengalaman, dan membutuhkan keterlibatan secara aktif didalam proses pembelajaran (Boeree, C. G. 2006).
Salah satu bentuk pendidikan humanisme adalah pendidikan terbuka (open education), yaitu sebuah proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada murid untuk bergerak secara bebas dan memilih aktivitas belajar mereka sendiri.
Peran guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Peserta didik tidak hanya sekedar duduk manis mendengarkan materi yang disampaikan oleh gurunya, tetapi peserta didik juga diharapkan mampu bekerja secara individual dengan cara berkelompok, agar peserta didik mampu mengeksplorasi bidang-bidang pelajaran, mengusulkan topik-topik pelajaran, sehingga dapat membantu mewujudkan bakat dan minat-minat yang dimiliki.
Teori humanisme berasumsi bahwa teori belajar apapun baik dan dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu pencapaian aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang belajar secara optimal. Adapun menurut Assegaf (2011) kriteria bentuk pendidikan humanisme adalah sebagai berikut:
- Tersedia fasilitas atau sarana dan prasarana yang memudahkan proses belajar mengajar, artinya harus tersedia berbagai macam bahan/sumber pelajaran yang diperlukan.
- Peserta didik diberi kebebasan untuk bergerak di ruang kelas, bebas menyampaikan pendapat mereka, tidak dilarang berbicara yang berkaitan dengan materi pembelajaran, dan tidak ada pengelompokan atas dasar tingkat kecerdasan.
- Terciptanya suasana kelas yang penuh kasih sayang, hangat, hormat dan terbuka, artinya guru bersedia mendengarkan keluhan peserta didik dengan aman dan mampu menjaga rahasia peserta didik.
- Jika ada masalah pribadi dengan peserta didik, guru menangani masalah tersebut dengan jalan berkomunikasi secara pribadi tanpa melibatkan suatu kelompok.
- Guru mengamati setiap proses belajar yang dilalui murid dengan membuat catatan dan penilaian secara individual, dan meminimalisir tes formal.
- Adanya kesempatan untuk menumbuhkan keprofesionalan guru, dalam arti guru boleh menggunakan bantuan lain termasuk rekan kerjanya (team teaching).
- Guru menghargai kreativitas, mendorong prestasi, dan memberikan kebebasan belajar kepada peserta didik
- Pandangan Abraham Maslow dan Carl Rogers Terhadap Teori Humanisme
Teori belajar humanisme adalah sebuah teori yang memanusiakan manusia, di mana seorang individu dalam hal ini peserta didik dapat menggali kemampuanya sendiri untuk di terapkan dalam lingkungannya. Berdasarkan teori Abraham Maslow teori humanisme ini lebih mengedepankan motivasi untuk mengembangkan potensi peserta didik secara penuh (Boeree, C. G., 2006). Sedangkan menurut Calr Rogers teori humanisme membahas tentang belajar dan pembelajaran (DeRobertis, E. M., 2006).
Sebagian besar tindakan manusia mewakili upaya untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan bersifat hierarkis (tingkatan). Menurut Maslow (dalam Boeree, C. G., 2006) tingkatan kebutuhan manusia ada 5 tingkatan yaitu fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Pada proses pembelajaran tugas utama guru yaitu bertindak sebagai fasilitator yang membangun suasana kelas menjadi lebih efektif. Kebutuhan aktualisasi diri juga berperan dalam teori humanisme. Kecenderungan ini adalah keinginan untuk memenuhi potensi yang kita miliki hingga mencapai tahap yang lebih tinggi, dan kita ditakdirkan untuk berkembang dengan cara yang berbeda – beda sesuai dengan kepribadian yang kita miliki, dan ternyata lingkungan belajar juga dapat mempengaruhi aktualisasi diri kita.
Menurut Perni, N. N., (2019) pengalaman belajar memiliki relevansi dengan seluruh orang yang ada disekitar kita. Berikut penerapan teori humanisme dalam pembelajaran:
- Guru dapat memberikan reward kepada peserta didik yang telah berhasil melakukan suatu hal, agar peserta didik tersebut semakin semangat dan termotivasi dalam pembelajaran.
- Peserta didik perlu di hindarkan dari tekanan pada lingkungan sehingga mereka merasa aman untuk belajar lebih mudah dan bermakna.
- Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuanya agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna.
- Guru harus memfasilitasi peserta didik dengan memberikan sumber belajar yang variative, interaktif dalam mendukung kegiatan pembelajaran.
Teori Humanisme menurut Carl Rogers lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Humanisme tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh keinginan pribadi yang dihubungkan terhadap pengalaman mereka sendiri. Teori Carl Rogers didasarkan pada suatu “daya hidup” yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin (Rennie, D. L., 2008). Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Sehingga Esensi belajar bermakna akan terjadi apabila dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan. Sebaliknya, belajar yang tidak bermakna terjadi jika proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
Daftar Pustaka
Assegaf, A. R. (2011). Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Rajawali Pers.
Boeree, C. G. (2006). Abraham Maslow. Personality theories, 1-11.
DeRobertis, E. M. (2006). Deriving a humanistic theory of child development from the works of Carl R. Rogers and Karen Horney. The Humanistic Psychologist, 34(2), 177-199.
Perni, N. N. (2019). Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran. Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar, 3(2), 105-113.
Rennie, D. L. (2008). Two thoughts on Abraham Maslow. Journal of humanistic psychology, 48(4), 445-448.