Eksistensi pendidikan di Indonesia semakin kompleks sejalan dengan kemajuan pendidikan yang beradaptasi pada keseimbangan baru (adapting to the new normal) secara terus menerus dengan kemajuan internet. Terlebih ketika pendidikan ada dalam koteks revolusi industri 4.0 yang memiliki ciri disruptive innovation (inovasi pengganggu). Model pendidikan seperti ini ditandai dengan diaktualisasikannya perkembangan teknologi digital, teknologi komunikasi informasi, teknologi komputer, teknologi informasi, dan teknologi otomatisasi (Benešová & Tupa, 2017; Zhou, Liu, & Zhou, 2016). Salah satu yang berperan penting adalah guru. Peran guru juga harus diaktualisasikan terus menerus sejalan dengan tuntutan pendidikan yang berciri disruptive innovation.

Perubahan paradigma pendidikan di atas tidak sedang diikuti oleh kesiapan pendidikan di Indonesia. Fakta pertama menunjukkan bahwa secara nasional menunjukkan bahwa tidak mungkin dilakukan peningkatan mutu guru secara secara nasional dari TK s/d SMA/SMK, karena terkait desentralisasi kebijakan pendidikan daerah. Fakta kedua, terjadinya politisasi guru melalui desentralisasi guru di kabupaten/kota, sehingga sejak tahun 2017 sedang dilakukan perubahan UU 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menjadi undang-undang terpisah, antara lain mereposisi guru sebagai tenaga profesional yang dimiliki secara nasional.

Untuk mensinergikan perubahan paradigma dengan kebijakan pendidikan di Indonesia, perlu sistem dalam mengaktualisasikan guru melalui model pemberdayaan (empowerment) yang mampu mempertimbangkan disparitas guru secara nasional.

Bodnenko menyebut bahwa pembaharuan paradigma pedagogis, kemajuan teknologi informasi, dan tuntutan profesionalitas guru disebut dengan Kompetensi Profesional Guru Modern 4,0 (Bodnenko, 2013). Guru tidak sekedar kompeten dan berkinerja tinggi, tetapi dituntut juga harus engage, dan memiliki semangat nasionalisme yang tinggi. Untuk memenuhi inkarnasi pendidikan seperti di atas, guru harus mampu memodifikasi dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki (Harkins, 2008). Untuk mengatasi gap di atas, penelitian di Korea Selatan menemukan pentingnya sistem pemberdayaan guru yang mampu meng-capture setiap guru berdasarkan disparitas wilayah, teacher current competencies sebagai dasar pengembangan guru (Gunawan & Herachwati, 2016).

References
Chen, T., Peng, L., Jing, B., Wu, C., Yang, J., & Cong, G. (2020). The impact of the COVID-19 pandemic on user experience with online education platforms in China. Sustainability (Switzerland), 12(18). https://doi.org/10.3390/SU12187329

Dwivedi, Y. K., Hughes, D. L., Coombs, C., Constantiou, I., Duan, Y., Edwards, J. S., Gupta, B., Lal, B., Misra, S., Prashant, P., & others. (2020). Impact of COVID-19 pandemic on information management research and practice: Transforming education, work and life. International Journal of Information Management, 55, 102211.

Federici, R. A., Caspersen, J., & Wendelborg, C. (2016). Students’ Perceptions of Teacher Support, Numeracy, and Assessment for Learning: Relations with Motivational Responses and Mastery Experiences. International Education Studies, 9(10), 1. https://doi.org/10.5539/ies.v9n10p1

Frigo, T., Corrigan, M., Adams, I., Hughes, P., Stephens, M., & Woods, D. (2003). Supporting English Literacy and Numeracy Learning for Indigenous Students in the Early Years. ACER Research Monograph 57. ACER Press (Australian Council for Educational Research); 80pp. Dec 2003., 80.

Kemendikbud. (2019). Mendikbud Tetapkan Empat Pokok Kebijakan Pendidikan “Merdeka Belajar.” Biro Komunikasi Dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/mendikbud-tetapkan-empat-pokok-kebijakan-pendidikan-merdeka-belajar

Lindberg, E., Bohman, H., & Hultén, P. (2017). Methods to enhance students’ entrepreneurial mindset: a Swedish example. European Journal of Training and Development, 41(5), 450–466. https://doi.org/10.1108/EJTD-10-2016-0078

Smith, C. D., Worsfold, K., Davies, L., Fisher, R., & McPhail, R. (2013). Assessment literacy and student learning: The case for explicitly developing students “assessment
literacy.” Assessment and Evaluation in Higher Education, 38(1), 44–60. https://doi.org/10.1080/02602938.2011.598636