Institusi pendidikan harus mampu menjamin kualitas baik secara internal maupun eksternal sehingga perlu dilakukan upaya penjaminan mutu secara berkelanjutan di berbagai aspek. Penjaminan mutu dilakukan dengan tujuan untuk menjamin bahwa institusi pendidikan tersebut fokus dan berorientasi pada pada peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran sehingga mampu menghasilkan learning outcome yaitu lulusan yang berkualitas yang secara aktif mengembangkan potensinya dan menghasilkan ilmu pengetahuan/teknologi yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara (Støren & Aamodt, 2010).

Untuk mengevaluasi kualitas pembelajaran secara lebih eksplisit, maka pengalaman atas proses pembelajaran menjadi salah satu hal yang harus diprioritaskan melalui berbagai langkah penjaminan kualitas yang efisien dan sistemik.

Langkah ini didasarkan pada kebutuhan untuk melakukan evaluasi agar pelaku utama dalam proses pengajaran danp embelajaran dapat mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas dirinya secara terus menerus (Harvey & Newton, 2004; Singh, 2010). Perlu digarisbawahi bahwa proses belajar merupakan kondisi yang penting untuk pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga perlu diterapkan sistem dan cara yang berbeda untuk memberikan hasil yang lebih baik (Saab et al., 2012).

Di masa pandemi Covid-19 terjadi pergeseran paradigma dalam segala hal termasuk dalam proses pembelajaran. Satu langkah ke arah peningkatan kualitas proses pembelajaran di semua perguruan tinggi akibat pergeseran model pembelajaran adalah melakukan studi longitudinal seberapa jauh kualitas proses pembelajaran telah berlangsung secara efektif. Subyek yang paling tahu apakah proses itu efektif atau berkualitas adalah mahasiswa. Apalagi akibat model pembelajaran yang berubah total di masa Pandemi Covid-19 ini. Sudah selayaknya, kualitas proses pembelajaran di masa pandemi Covid-19 berbeda secarasignifikan dengan kondisi normal. Dan juga keterlibatan mahasiswa dalam menentukan kualitas pembelajaran, memungkinkan mahasiswa dapat menilai “dosen dalam matakuliah apa” yang efektif dan yang kurang efektif. Di sisi lain, setiap perguruan tinggi memiliki perbedaan kesiapan dalam menjalankan proses pembelajaran di masa Pandemi Covid-19.

Uraian di atas mengandung makna bahwa kualitas proses pembelajaran yang digambarkan melalui keefektifan pengajaran dosen, menghendaki penanganan yang serius, karena kompleksnya hal-hal yang seharusnya dievaluasi dan seharusnya dilakukan peningkatan.

References
Harvey, L., & Newton, J. (2004). Transforming quality evaluation. Quality in Higher Education, 10(2), 149–165. https://doi.org/10.1080/1353832042000230635

Saab, N., van Joolingen, W., & van Hout-Wolters, B. (2012). Support of the collaborative inquiry learning process: Influence of support on task and team regulation. Metacognition and Learning, 7(1), 7–23. https://doi.org/10.1007/s11409-011-9068-6

Singh, M. (2010). Quality Assurance in Higher Education: Which Pasts to Build on, What Futures to Contemplate? Quality in Higher Education, 16(2), 189–194. https://doi.org/10.1080/13538322.2010.485735

Støren, L. A., & Aamodt, P. O. (2010). The Quality of Higher Education and Employability of Graduates. Quality in Higher Education, 16(778410541), 297–313. https://doi.org/10.1080/13538322.2010.506726