Pola pikir (mindset) seseorang sangat berpengaruh dalam tindakannya. Ada dua tipe pola pikir yang telah diketahui pada umumnya yaitu Fixed mindset dan Growth mindset. Keduannya memiliki ciri-ciri yang berbeda. Profesor Psikologi dari Stanford University bernama Carol S. Dweck adalah orang yang membuat dua kategori mindset di atas. Menurutnya, pola pikir seseorang dapat dilihat dari kebiasaanya, terutama dari reaksinya pada kegagalan.

 Fixed mindset adalah pola pikir seseorang yang meyakini bahwa apa yang dianutnya adalah yang paling benar. Ia cenderung menghindari tantangan-tantangan dan fokus berlebihan pada sesuatu yang sudah diketahuinya saja. Sedangkan Growth mindset adalah pola pikir seseorang yang percaya bahwa kecerdasan dapat dikembangan. Ia akan punya keinginan untuk memperbaiki diri. Jika diberikan tantangan, ia akan coba melaluinya dengan penuh keyakinan.

Carol S. Dweck juga membuat kesimpulan bahwa capaian potensi seseorang bukanlah dari kemampuan tetapi dari cara pandang akan kemampuan tersebut dan kepercayaan bahwa sesuatu dapat dikembangkan

Pada banyak situasi seseorang akan menunjukkan apakah Ia memiliki Fixed midset atau Growth mindset. Dalam hal ini secara khusus penulis ingin menyoroti para guru. Guru yang percaya bahwa dirinya dapat mengembangkan kemampuannya dan dengan semaksimal mungkin melatih dirinya untuk berkembang. Contohnya dalam penggunaan teknologi. Ada guru yang berpikir bahwa yang dapat mengembangkan dirinya adalah mereka yang masih muda belia, semangat dan atau memiliki cukup uang sebagai modal mengembangkan dirinya. Namun tidak sedikit guru senior yang sudah paruh baya masih semangat untuk belajar dan mengembangkan diri karena percaya bahwa dirinya dapat berkembang dengan terus menerus berlatih dan belajar

Guru senior, guru junior atau bahkan calon guru perlu melatih Growth mindset mereka. Hal ini sangat dibutuhkan agar guru dapat menginspirasi peserta didiknya dan memperoleh manfaat dari apa yang dikembangkannya. Para guru dengan Growth mindset akan lebih siap menghadapi tantangan jaman dan perubahannya. Ia terus menerus memperbaiki dan mengembangkan dirinya. Ia tahu apa yang menjadi kekurangannya dan memakasimalkan kelebihannya.

Pada situasi SFH (School From Home) yang telah berjalan selama 3 minggu belakangan karena situasi COVID-19 di Indonesia memaksa para guru mempelajari cara belajar dalam jaringan (online). Guru-guru yang memiliki Growth mindset dapat memikirkan tahapan apa yang harus Ia lalui untuk beradapatasi dengan situasi yang tidak biasa. Ia mulai menggali apa yang dimilikinya dan percaya bahwa dirinya mampu untuk berkembang meskipun masih sedikt yang dimilikinya. Guru dengan Growth mindset terus menerus memikirkan dan mengupayakan apa yang bisa dilakukan agar peserta didiknya yang SFH tetap mendapatkan ilmu dan belajar dari rumah masing-masing.

Pada beberapa waktu lalu penulis berkesempatan menjadi trainer pada program “Educator Workshop” tentang “Teaching in the digital era”. Para peserta merupakan guru-guru yang terpilih mewakili desa, kota bahkan dari provinsi. Usia mereka sangat beragam tetapi memiliki Growth mindset yang sangat baik. Tidak heran jika selama workshop selama dua hari mereka tetap produktif walau beberapa sudah berusia lanjut. Mereka dapat praktek langsung dengan aplikasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Pada saat situasi SFH mereka pun menceritakan bahwa hal-hal yang dipelajari selama workshop dapat diimplementasikan dan sangat menolong para guru menjalankan pembelajaran secara online. Bahkan beberapa dari para guru dapat mengembangkannya dengan sangat baik.

Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa Growth mindset seseorang dapat berkembang dengan baik jika dirinya menyadari bahwa belajar itu sepanjang hayat. Ia tahu bahwa akan selalu ada tantangan dan rintangan yang Ia yakini dapat dihadapi sehingga kapasitasnya selalu bertambah dan keterampilan dirinya berkembang sesuai kebutuhan jaman.