Oleh:
Ferry Doringin

Pagi ini saya berdiskusi dengan seorang Kepala Sekolah muda yang kaya visi. Ada sebuah pernyataan dalam diskusi itu yang menggelitik, yakni pentingnya memberikan otoritas kepada sekolah. Bisa juga disebutkan: pentingnya menghargai dan mengembalikan otoritas sekolah.

Pernyataan dan penegasan Kepsek di atas merujuk pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Mengapa MBS itu mungkin belum terlaksana secara mantap? Rupanya, sejumlah pihak belum melihat keuntungan MBS itu sehingga masih kurang gigih menerapkannya.

Pengertian

Secara sederhana bisa dikatakan bahwa MBS berarti desentralisasi pendidikan. Artinya, memindahkan pengambilan keputusan itu di level sekolah. Hal ini sangat penting diperhatikan karena keputusan itu harus selalu terkait konteks (dinamika lapangan), waktu (momen yang tepat), dan perhitungan langsung mengenai dampaknya, untung ruginya. Seorang pemimpin yang sangat jago dan berprestasi sekalipun, bisa mengambil keputusan keliru kalau tidak melihat hal-hal tersebut (koneks, waktu, dan dampak). Itulah sebabnya pemimpin itu harus laudekat dan terlibat.

Otoritas yang dimaksud bisa saja merupakan otoritas Kepala Sekolah. Sangat penting menghargai otoritas Kepala Sekolah agar dia bisa berdaya dan memberdayakan unit kerjanya. Dengan itu dia bisa berkreasi dan mengambil tanggung jawab untuk setiap langkahnya. Jangan meminta tanggung jawab Kepsek kalau dia tidak diberi otoritas.

Otoritas guru terkait dengan sejumlah hal yang diturunkan oleh Kepala Sekolah. Guru adalah manajer untuk bidangnya. Kepemimpinan guru yang lemah bisa berdampak sangat luas terhadap perkembangan peserta didik dan jalannya sekolah. Guru menjalankan otoritas yang diberikan Kepala Sekolah karena terkait dengan hal yang sama di atas, yakni konteks, momen yang pas, dan dampak langsung. Guru perlu menggunakan otoritasnya dengan maksimal.

MBS juga berbicara mengenai otoritas masyarakat, yakni upaya sekolah untuk melibatkan anggota-anggota tertentu dari masyarakat agar terlibat aktif dalam pengambilan keputusan sekolah. Otoritas masyarakat terwujud dengan adanya Komite Sekolah, yakni sejumlah wakil masyarakat, entah itu orangtua, Dinas Pendidikan, alumni, tokoh masyarakat, atau ahli, didorong untuk menjadi bagian dari Komite Sekolah itu.

Keseimbangan terutama antara sekolah (Kepsek dan Guru) serta masyarakat sangat penting dilakukan untuk memastikan bahwa MBS berjalan dengan lancar, ada check and balance serta dikerjakan dengan transparan dan semuanya demi kemajuan pendidikan dan demi anak didik.

Keuntungan

MBS memberi keuntungan dalam aspek: ekonomi, profesional, politis, administrasi yang efektif, keuntungan finansial, prestasi siswa, akuntabilitas, dan efektivitas Sekolah.

Pertama, Keuntungan ekonomi diperoleh sekolah ketika memahami logika berikut: MBS mempercayai sekolah sebagai pengambil keputusan. Sekolah seharusnya menjadi pihak yang paling memahami situasi dan kondisi, kebutuhan, dan langkah taktis lembaganya, karena mereka memiliki data lengkap. Keputusan yang harus diambil terkati dengan pengembangan sekolah dan bagaimana siswa akan diarahkan. Mereka yang paling bisa mengambil keputusan yang paling mengena. Keputusan yang berbasis sekolah makin mampu melayani dan makin bisa menangkap aspirasi siswa dan guru. Keputusan itu seharusnya efektif dan efisien sehingga berbiaya murah dan memberi dampak signifikan. Itulah keuntungan ekonomi yang didapat.

Kedua, aspek profesional. MBS memungkinkan keputusan diambil berdasarkan situasi dan kebutuhan sekolah. Itulah keputusan profesional. MBS yang melibatkan partisipasi guru menjadikan sebuah keputusan diambil secara integratif (menyangkut seluruh aspek termasuk kurikulum, pedagogi, proses, dan intake siswa). MBS yang melibatkan insan utama sekolah menjadikan mereka makin termotivasi dan makin memiliki komitmen. Betapa berartinya MBS yang mendorongnya peningkatan dalam pelaksanaan profesionalisme.

Ketiga, aspek politis. MBS mengusung kepemimpinan yang partisipatif dan menjadikan situasi sekolah lebih stabil. MBS menjadikan sekolah makin mandiri dalam banyak aspek dan seharusnya tidak membebani atau menjadi beban bagi pemerintah atau lembaga tertentu. Kalau sekolah tidak stabil, biaya atau harga yang harus dibayar, atau taruhannya, terlalu besar.

Keempat, keuntungan efisiensi. MBS mendorong pengaturan sumber daya yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan. Sekolah paling mengetahui keadaan, kebutuhan, dan langkah taktis yang harus diambil, termasuk terkait dengan SDM.

Kelima, aspek keuangan. MBS bisa menjadi kesempatan dan peluang bagi sekolah untuk bisa memperoleh dukungan dana lokal. MBS yang melibatkan orangtua dan insan sekitar sekolah menjadi kesempatan untuk mendorong komitmen bagi mereka untuk ambil bagian dalam macam-macam kegiatan pengembangan. MBS yang baik terbukti mendorong makin banyak donasi baik uang, tenaga, maupun resources lain.

Keenam, prestasi siswa. MBS yang melibatkan guru dan orangtua dalam pengambilan keputusan, bisa menciptakan iklim kerja yang mendorong prestasi siswa. Guru dan siswa akan makin termotivasi dalam melaksanakan proses belajar mengajar karena memiliki otoritas dalam melangkah dan kesempatan berkreasi.

Ketujuh, akuntabilitas. Melibatkan guru, orangtua dan pihak terkait dalam pengambilan keputusan dan pelaporan dapat mendorong support mereka untuk makin termotivasi dalam melakukan perbaikan sekolah. Orang-orang tersebut makin termotivasi karena merasakan bahwa suara mereka didengarkan. Langkah itu bisa menciptakan efisiensi biaya dan menurunkan beban biaya.

Kedelapan, MBS menjadikan sekolah makin efektif. Sekolah menjadi makin efektif karena empat hal:  (a) Kepemimpina makin kuat. MBS mendorong pemimpin sekolah dipilih menggunakan kriteria transparan. Rencana perbaikan sekolah dikembangkan sesuai konteks lokal. Resources sungguh digunakan untuk sekolah. (b) guru makin kompeten dan berkarakter. Sekolah punya otoritas untuk membuat perubahan kurikulum dan metodenya. Guru bertanggung jawab penuh dalam rencana pengembangan sekolah. Guru dievaluasi oleh pimpinan sekolah setempat. Sekolah punya otoritas untuk menentukan training apa yang dibutuhkan guru. Hal-hal itulah yang memperkuat guru. (c) Fokus dalam pembelajaran makin meningkat. Fokus sekolah makin baik karena sesuai konteks dan kebutuhan. Informasi terkait proses dan pembelajaran bisa makin transparan. (d) Tanggung jawab akan hasil lebih baik.  MBS mendorong sekolah memikirkan pentingnya hasil dan tidak berhenti pada proses.

Sekolah semua pihak yang terkait dengan pengelolaan sekolah memperhatikan aspek-aspek di atas agar MBS yang begitu menguntungkan pengembangan dan prestasi sekolah tidak ragu untuk dilaksanakan dengan maksimal.