Oleh:
Fransiska Astri K.

“Sekolah yang berkualitas bagus, dengan harga bagus, dan sekolah berkualitas rendah, dengan harga seadanya memiliki kurikulum yang sama, mata pelajaran yang sama, dan Indonesia yang sama (untuk dimanfaatkan dengan maksimal), namun mengapa memiliki keluaran (output) yang berbeda?” ujar Fernando Uffie, country manager dari Extramarks Indonesia membuka paparannya.

Tantangan yang dihadapi pendidikan di abad 20 ini adalah bagaimana guru dan sekolah menyelamatkan diri dalam persaingan kualitas kegiatan pembelajaran. Saat ini, sebagian besar sekolah hanya memberikan fasilitas belajar yang seadanya, “schooling, but not learning”, learning dalam artian mengupayakan kegiatan pembelajaran yang produktif, efektif, dan efisien. Guru terlampau asik dan sibuk dengan administrasi-administrasi pembelajaran, namun lupa untuk terus meng-update diri sehingga terus berlarut-larut dalam pola kegiatan belajar yang itu-itu saja.

Kembali kepada yang dipaparkan Uffie di awal, kunci utama dalam pembelajaran yang produktif, efektif, dan efisien adalah guru. Guru yang terbiasa dengan inovasi, guru yang memiliki hasrat untuk selalu mengembangkan diri, guru yang masih mau terus belajar, adalah kunci dari berkembangnya sebuah sekolah. Setiap sekolah di Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang, perbedaannya adalah ada sekolah yang secara terbuka menerima dan melaksanakan perkembangan tersebut, dan ada pula sekolah yang hanya menerima, namun enggan melaksanakan perkembangan-perkembangan tersebut.

Teknologi saat ini tidak bisa dilepaskan dari semua aspek kehidupan, penggunaan teknologi telah secara nyata mampu memberikan perbedaan positif, begitu pula dalam ranah pendidikan. Penggunaan teknologi sudah berkembang lebih dalam dan lebih jauh dari sekedar mengkalkulasi. Dengan teknologi, semua manusia di dunia bisa terhubung, informasi cepat berpindah, dan kegiatan sharing tidak lagi terbatasi oleh tembok ataupun kabel telfon. Kalau saja para guru di Indonesia mulai terbuka dengan aktivitas berbagi yang bersifat worldwide, maka bukan tidak mungkin bahwa semua guru dari semua sekolah bisa mengusahakan peningkatan nilai (value) pembelajaran yang telah ada di setiap sekolah.

Sobirin HS, ketua umum YPI Al Azhar mempertegas pentingnya teknologi dalam dunia pendidikan, menurutnya, di era millenials seperti sekarang, dimana orang tua murid juga sudah melek terhadap teknologi, sekolah tidak dapat melepaskan kebutuhan untuk berkomunikasi dengan efektif dan efisien. 198 sekolah dibawah naungan YPI Al-Azhar, dengan ribuan guru, murid, dan orang tua murid membutuhkan akses yang terbuka dari pihak yayasan, dan itu tdiak akan terjadi tanpa bantuan teknologi.