Oleh:
Ubaidah

 

Perkembangan manusia tidak hanya meliputi perkembangan potensi kecerdasan semata, ada faktor non kecerdasan yang turut mempengaruhinya. Faktor-faktor non kecerdasan ini dapat berupa motivasi, kepercayaan diri, kemampuan mempersuasi, dan banyak lagi. Kita dapat menyebutnya sebagai perkembangan psikososial.

Pada aspek perkembangan psikososial, memberikan wawasan tentang perkembangan kesadaran diri dan lingkungan pada manusia. Teori psikososial dikembangkan oleh Erikson dibangun berdasarkan hasil penelitiannya tentang perkembangan jiwa dan sosial anak serta pengaruhnya pada perkembangan sosialnya di masa dewasa. Menurut Erikson dalam Jamaris, perkembangan psikososial terbagi ke dalam delapan fase perkembangan, yaitu fase trust vs mistrust, autonomy vs shame & doubt, initiative vs guilt, industry vs inferiority, identity vs role confusion, intimacy vs isolation, generativity vs stagnation, integrity vs despair.

Salah satu perkembangan teori psikososial yang berpengaruh secara luas adalah teori yang dikembangkan Erik Erikson (1902-1994). Pada hakikatnya, teori psikososial yang dikembangkan oleh Erik Erikson dipengaruhi oleh teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Freud dan teori humanistik, akan tetapi teori ini memberikan wawasan yang lebih luas tentang perkembangan kesadaran diri dan lingkungannya. Menurut Jamaris, perbedaan mendasar antara teori Freud dan Erikson adalah pada penekanan teori. Pada teori Erikson, penekanan diberikan pada aspek budaya dan aspek sosial, sedangkan pada teori Freud, penekanan diletakkan aspek biologis dan orientasi seksual.

Kepercayaan diri terkait dengan kesuksesan dan prestasi dan kesuksesan mahasiswa. Penghargaan dan persetujuan adalah kebutuhan akan kepercayaan diri. Mahasiswa yang mandiri dan bertanggung jawab akan mendapat kepercayaan diri. Saat ini, banyak dosen yang memiliki perhatian lebih dalam meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa. Menurut Morrison, beberapa hal yang dapat meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa dapat dilakukan dengan cara memberikan pujian atas kesuksesan mahasiswa, mengajari anak cara bersosialisasi dan bergaul dengan orang lain .

Beberapa anak membutuhkan bantuan untuk berteman. Persahabatan adalah kunci menuju kepercayaan diri. Ajarkan kerja sama dan saling tolong menolong. Secara bertahap, ajarkan keterampilan-keterampilan baru pada mahasiswa karena dengan cara itu mahasiswa menguasai keterampilan baru yang mendasari prestasinya. Akui, terima dan rayakan budaya anak. Berikan banyak kesempatan bagi mahasiswa untuk dikenali karena prestasi mereka sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dirinya.

Teori psikososial dalam psikologi perkembangan yang dikemukakan oleh Erik Erikson, mengemukakan mengenai perkembangan sosial anak pada fase perkembangan kepercayaan dirinya. Erik Erikson (1902-1994) berpendapat bahwa perkembangan sosial dan kognitif terajadi bersamaan dan tidak dapat dipisahkan . Kepribadian dan keterampilan sosial anak tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan sebagai respon terhadap permintaan, harapan, nilai dalam masyarakat dan institusi sosial seperti keluarga, kampus, dan program pendidikan anak. Kemampuan diri untuk melakukan, melibatkan diri, kompeten, dan mencapai prestasi merupakan hal-hal yang dapat membangkitkan kepercayaan diri mahasiswa sejak dini.

Mengingat pentingnya proses menumbuhkan kepercayaan diri dan perlunya untuk memperhatikan tahapan perkembangan psikososial ini, dalam pengembangan kurikulum harus ada aktifitas yang mendorong tumbuhnya kepercayaan diri mahamahasiswa dengan baik sehingga mahamahasiswa akan menyadari kemampuan sosialnya dan mengambil keuntungan dari kegiatan kelas yang rutin bagi perkembangan mereka lebih lanjut.

Aktivitas seharusnya dapat mendorong mahasiswa untuk saling bekerja sama, mengembangkan konsep diri mereka dan untuk memperoleh keterampilan dalam interaksi dengan mahasiswa lainnya.