Oleh:
Fransiska Astri K.

 

Totok Suprayitno, Kepala Balitbang KEMENDIKBUD dalam Acara WORKSHOP STEM DAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0 menyampaikan bahwa pendidikan adalah upaya pembekalan untuk masa depan melalui pengalaman masa lalu dan sekarang, dengan cita-cita memartabatkan kehidupan dan hidup secara merbartabat. Namun, yang ditemukan di lapangan saat ini adalah guru-guru yang terjebak dalam tugas administrative sehingga lupa bagaimana membimbing siswa untuk memartabatkan kehidupannya dengan memiliki kemampuan-kemampuan dasar untuk memecahkan masalah di kehidupan nyatanya. Terminlogi School kills creativity menggambarkan dengan jelas bahwa sekolah tidak memiliki harmoni antara satu aspek dengan yang lainnya. Di dalam kehidupannya yang semuanya kompleks dan blended, siswa malah diajarkan untuk hidup terkotak-kotak dalam sekolah. Hasil yang paling nampak secara akademis adalah siswa-siswa yang tidak mampu menjawab soal-soal cerita dimana permasalah-permasalahannya tersembunyi. Terlebih lagi PISA (Program of International Student Assessment) masih menunjukkan bahwa siswa-siswa didik di Indonesia masih berada di peringkat 5 terbawah dari 78 negara di dunia, dan yang cukup yang mencengangkan adalah bahwa negara tetangga terdekat kitalah yang menjadi juara pertamanya, yaitu Singapura.

Belajar dari Singapura yang menjadi pelopor STEM, mereka telah sukses meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa didiknya sehingga memiliki kemampuan yang baik dalam bidang akademis dan bidang lainnya di dunia nyata. Mengapa STEM begitu berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan siswa? STEM memperkenalkan cara belajar yang terintegrasi. Pendekatan STEM memberikan pengalaman belajar (proses) yang lebih penting daripada sekedar melihat hasil. Jatuh bangun siswa dalam melaksanakan kegiatan STEM menciptakan daya juang, resiliensi dan kepercayaan diri yang meningkatkan pemahaman beserta soft skills yang mengiringinya. Keterampilan-keterampilan ini tidak pernah diajarkan di dalam kelas, namun terbangun melalui proses belajar itu sendiri. STEM juga menekankan High Order Thingking Skill (HOTS).

Dalam pendekatan STEM, siswa diajarkan untuk mengidentifikasi masalah melalui pengamatan pada lingkungan sekitar. Masalah-masalah tersebut perlu dicari solusinya. Proses pencarian solusi tersebut merupakan sebuah proses kompleks yang melibatkan pengerjaan secara berkelompok, peer tutor model yang dibimbing oleh guru, sharing dengan industri terkait dan penerapan serta pengujian terhadap solusi yang dirancang. Dengan pendekatan ini, siswa disinggungkan dengan penerapan multi-disiplin ilmu. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, STEM bahkan telah mendukung gerakan Education for Sustainable Development dengan cara:

  1. Mengembangkan dunia yang berkelanjutan
  2. Peningkatan ekonomi, ekologi dan social
  3. Livelong learning
  4. Combining theory and practice
  5. Problem solving
  6. Participatory collaborative sharing network.