Oleh:

Meilani Hartono

Zone of Proximal Development (ZPD) is the distance between the actual development level as determined by independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guadiance or in collaboration with more capable peers (Vygotsky, 1978 :86). Dalam bahasa Indonesia ZPD merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu.

Dalam teori ini terdapat  dua level untuk ukuran kemampuan dan potensi siwa, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual siswa adalah ketika dia bekerja untuk menyelesaiakan tugas atau soal tanpa bantuan orang lain. Sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah tingkat dari kompetensi siswa yang dapat tercapai ketika dia dibantu oleh orang lain. Perbedaan diantara kedua tingkat kemampuan tersebut termasuk dalam ZPD. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ZPD terletak diantara hal-hal yang dapat dilakukan oleh siswa dan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh siswa tanpa pendampingan.

ZPD merupakan daerah yang cukup menantang yang dapat menghasilkan  tinggi pemahaman yang lebih tinggi bagi siswa, tetapi dengan catatan pelajaran tidak membuat siwa menjadi frustasi. Jadi tmgkat pemhaman yang lebih tinggi dari ZPD dirancang dalam taraf penerimaan siswa untuk tingkat yang menantang untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang lebih tinggi.

Menurut Tharp dan Gallimore (1988) terdapat empat langkah dalam ZPD yaitu sebagai berikut.

  1. Bantuan diberikan oleh MKO (More Knowledge Other).
  2. Bantuan oleh diri sendiri (tanpa bantuan orang lain).
  3. Otomatisasi melalui latihan.
  4. De-otomatisasi, pengulangan dari tiga langkah sebelumnya.

Secara ringkas, keempat langkah tersebut dapat dituangkan menjadi langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

  1. Menyediakan tutor dalam kelas untuk memfasilitasi pembelajaran secara individual. Hal ini dilakukan jika memang memungkinkan.
  2. Mengajar dengan metode yang dapat melibatkan beberapa pancaindera sekaligus (multi-sensory). Sehingga dengan bermacam-macam kelemahan dan kekuatan dari masing-masing metode memungkinkan siswa untuk menerima informasi penting melalui model verbal sekaligus visual.
  3. Tanyakan kepada diri Anda (sebagai guru) beberapa pertanyaan berikut :
  1. Bagaimana saya akan mengajak siswa-siswa pada tingkat yang lebih tinggi ?
  2. Dimana letak daerah instruksional siswa-siswa di kelas saya ?
  3. Dimana mungkin akan terjadi kesulitan-kesulitan ?

DAFTAR PUSTAKA

Tharp, R. G., & Gallimore, R. 1988. Rousing minds to life: Teaching, learning, and schooling in social context (p. 35). New York: Cambridge University Press.