Oleh:

Meilani Hartono

Pendidikan merupakan syarat mutlak untuk dapat mencapai suatu kemajuan, dengan pendidikan kita dapat mengimbangi roda  perkembangan kemajuan dunia yang akan meninggalkan orang-orang yang tidak berkompeten untuk mengikutinya. Pendidikan berkaitan erat dengan icon-icon pelaku, pendukung dan proses dari pendidikan tersebut.  Bila mutu pendidikan hendak diperbaiki, mutu sumber daya manusia (SDM) pendidikan harus diperbaiki terlebih dahulu. Singkatnya, mutu pendidikan amat bergantung pada SDM pendidikan dan proses dari pendidikan tersebut. Mutu SDM pendidikan amat besar pengaruhnya terhadap mutu dari pendidikan itu sendiri.

Berdasarkan pemikiran di atas, pendidikan sebagai ujung tombak “penghasil SDM” mengemban tugas yang penting dan sangat strategis. Sehubungan dengan itu, keberadaan seorang pemimpin pendidikan adalah sebagai orang yang memegang peranan kunci (key position) dalam rangka mencapai tujuan di atas. Keberadaan seorang pemimpin dalam dunia pendidikan sangat diperlukan walaupun seringkali sulit untuk memilih dan mendapatkannya.

Globalisasi diyakini banyak orang sebagai jawaban atas kemiskinan. Dengan terbukanya pasar global, penduduk dunia semakin mudah memperoleh kebutuhan ekonominya melalui mekanisme industri global. Sepintas, globalisasi menawarkan kemudahan bagi siapa saja yang mau melakukan transaksi ekonomi. Namun, di balik itu, globalisasi justru membuat negara-negara dunia ketiga semakin terpuruk dan jauh dari kesejahteraan.

Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat global ini. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Untuk itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan dan tanggung jawab. Di samping itu, pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini, peran pemimpin pendidikan Indonesia amat besar pengaruhnya dalam menghadapi lingkungan dunia pendidikan yang sedang berubah. Pemimpin pendidikan Indonesia harus bisa membawa output dunia pendidikan Indonesia sebagai generasi yang memiliki daya saing yang tinggi dalam persaingan global.

UU Nomor 22 Tahun 1999 memberikan angin segar terhadap sistem pendidikan nasional, konsekuensi kongkrit dampak dari UU tersebut terwujudnya paradigma baru dalam sistem pendidikan nasional yakni apa yang disebut dengan Demokratisasi Pendidikan. Melalui paradigma baru ini pola sentralistik berubah menjadi desentralisasi, dan tentunya akan berdampak kepada kebijakan yang akan diambil, termasuk kebijakan apa yang akan dilakukan, tentulah disesuaikandengan situasi dan kondisi negeri kita kini maupun yang akan datang, terutama di dalam menghadapi era globalisasi.

Demokratisasi pendidikan harus dijadikan suatu paradigma baru dalam memperkukuh sistem pendidikan Indonesia, dengan demokratisasi maka dapat ditemukan jati diri dan sistem pendidikan yang tepat. Sistem pendidikan yang demokratis memberikan ruang yang lebih besar kepada lembaga penyelenggara pendidikan dan masyarakat untuk berperan dengan lebih nyata. Dengan demokratisasi pendidikan itulah dasar-dasar pembentukan masyarakat madani akan dapat  dicapai.

Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya sejarah manusia, yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan daripada yang lain, terlepas dalam bentuk apa kelompok manusia tersebut dibentuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena manusia selalu mempunyai keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu.

Rumusan kepemimpinan dari sejumlah ahli menunjukkan bahwa dalam suatu organisasi terdapat orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, mengarahkan, membimbing dan juga sebagian orang yang mempunyai kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mengikuti apa yang menjadi kehendak dari pada atasan atau pimpinan mereka. Karena itu, kepemimpinan dapat dipahami sebagai kemampuan mempengaruhi bawahan agar terbentuk kerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Apabila orang-orang yang menjadi pengikut atau bawahan dapat dipengaruhi oleh kekuatan kepemimpinan yang dimiliki oleh atasan maka mereka akan mau mengikuti kehendak pimpinannya dengan sadar, rela, dan sepenuh hati.

Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuannya serta mampu memenuhi tanggung jawab sosialnya akan sangat tergantung pada para manajernya (pimpinannya). Apabila manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut akan dapat mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buahnya. Jadi, seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya ke arah pencapaian tujuan organisasi.

Ada suatu pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami kesuksesan dari kepemimpinan, yakni dengan memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh pemimpin tersebut. Jadi yang dimaksudkan disini adalah gayanya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang  tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia inginkan. Gaya kepemimpinan dalam organisasi sangat diperlukan untuk mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun iklim motivasi bagi karyawan sehingga diharapkan akan menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Dibutuhkan pemimpin pendidikan Indonesia di era milenium yang memiliki jiwa kepemimpinan seutuhnya yaitu orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, mengarahkan, membimbing dan juga sebagian orang yang mempunyai kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mengikuti apa yang menjadi kehendak dari pada atasan atau pimpinan mereka sehingga  terbentuk kerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan organisasi dengan sadar, rela, dan sepenuh hati dengan gaya kepemimpinan yang khas.

 Pemimpin pendidikan ini harus mampu menghadapi globalisasi. Dalam menuju era globalisasi, pemimpin pendidikan Indonesia harus mampu  melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel. Demokratisasi pendidikan harus dijadikan suatu paradigma baru dalam memperkukuh sistem pendidikan Indonesia karena memberikan ruang yang lebih besar kepada lembaga penyelenggara pendidikan dan masyarakat untuk berperan dengan lebih nyata. Di samping itu, pemimpin pendidikan tersebut harus mampu mengelola aspek-aspek kelembagaan, kurikulum, sumber daya manusia, pembiayaan, dan sarana prasarana dimana implementasi dari kebijakan tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi daerah.

Pemimpin pendidikan Indonesia harus mampu mengemas sistem pendidikan nasional berorientasi agar berorientasi pada pembangunan jiwa, harus berani mengambil kebijakan memajukan dunia pendidikan dan membuat alokasi dana pendidikan dana yang lebih besar di sektor pendidikan sebagai bagian investasi jangka panjang demi kepentingan masa depan bangsa. Kebijakan pendidikan nasional harus lebih pragmatis, kreatif, dan segera.