Oleh:

Ferry Doringin

Sejumlah lembaga peringkat di bidang pendidikan menempatkan kualitas pendidikan di Indonesia di ranking yang sangat rendah (Anita dan Kompas 16 March 2018). Lembaga-lembaga itu menyatakan bahwa Indonesia berada di ranking yang sangat bahwa, kalah dengan negara tetangga Malaysia dan Vietnam.  Apalagi bila dibandingkan dengan Singapura yang selalu menjadi juara di kawasan ini.

Pemerintah sudah melakukan sejumlah langkah perbaikan. Langkah yang sudah dilakukan antara lain: pemenuhan 20% alokasi dana tahunan untuk pendidikan; penerapan Manajemen Berbasis Sekolah sebagai bagian dari upaya desentralisasi bidang pendidikan; perbaikan kualitas guru melalui program sertifikasi serta training-training sistematis dan berkelanjutan. Kebijakan lainnya adalah mempraktekkan higher-order thinking skill (HOTS) dalam pembelajaran di sekolah-sekolah. Langkah ini cukup sistematis dilakukan dan kemudian diikuti dengan Ujian Nasional dengan soal model HOTS tersebut.

Sejumlah peneliti menyebutkan bahwa sebenarnya masalahnya ada pada pengelolaan sumberdaya manusia. Sejumlah peneliti itu menyatakan bahwa masalah-masalah yang terus menerus muncul sebenarnya terkait dengan hal-hal pengetahuan dan ketrampilan (knowledge) dan masalah-masalah pemberian motivasi kepada guru.

Bila langkah-langkah perbaikan yang berkaitan dengan pengetahuan dan motivasi dipebaiki, kualitas guru bisa meningkat dan imbasnya adalah peningkatan kualitas sekolah. Hal itu ternyata memang terjadi di lapangan. Misalnya, ada penelitian yang mengatakan bahwa kelemahan sejumlah sekolah ada pada ketiadaan divisi sumberdaya manusia di sekolah itu. Sekolah dianggap bisa berjalan baik tanpa ada divisi SDM, maka dengan perkembangan yang ada saat ini, dianggap sekolah itu bisa berjalan baik. Ternyata hal itu tidak terjadi.

Kondisi lapangan lainnya adalah sikap ogah-ogahan dalam mengembangkan divisi Sumberdaya Manusia. Misalnya, divisinya ternyata sudah ada tetapi aktivitasnya sangat minim kalau mau dibilang tidak ada. Kalaupun ada aktivitasnya, lembaga ini diisi oleh orang-orang yang sudah pensiun atau siap-siap akan pensiun. Dengan itu, divisi ini tidak berkembang, tidak kreatif, dan seperti berjalan tanpa greget.

Langkah pengembangan SDM di sekolah sebenarnya harus melihat perkembangan dunia saat ini yang ditandai dengan globalisasi, teknologi, kecermatan bisnis dalam melihat peluang. Karena itu, hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan guru harus juga merujuk pada hal-hal tersebut. Trend SDM saat ini harus mengacu pada perkembangan dunia yang begitu pesat tersebut. Berarti, begitu penting bahwa guru memiliki wawasan global yang ditandai dengan penguasaan informasi dan pengetanhuan yang luas. Selain itu, guru sangat penting memiliki pengetahuan teknologi terbaru. Bayangkan bahwa masih ada guru yang kesulitan mengoperasikan program powerpoint dalam pembelajaran.

Terkait dengan motivasi kerja guru, bisa diusulkan bahwa penanganan SDM pada dunia modern ini harus berkaitan dengan sistem-sistem baru yang tercipta dalam organisasi. Misalnya, sistem saat ini menghargai keseimbangan dunia kerja dan kehidupan pribadi. Juga, SDM saat ini perlu menjangkau bukan hanya karyawannya tetapi juga keluarga karyawan tersebut. Kegagalan dalam melihat hal-hal tersebut bisa berdampak sangat luas pada  motivasi guru yang tidak bisa dikembangkan.

Bila kualitas sekolah dianggap terkait dengan pengembangan atau urusan SDM maka SDM yang dimaksud adalah SDM yang mengikuti perkembangan jaman dan juga memperhatikan aspek-aspek yang bisa menimbulkan motivasi kerja yang tinggi bagi guru. Bila guru mampu melakukannya, maka banyak sekali hal baik dan banyak sekali masalah-masalah kualitas bisa dipecahkan.