Oleh:

Freddy Widya Ariesta, M.Pd.

PENDAHULUAN

Pada implementasi kurikulum 2013 pembelajaran tematik diaplikasikan di jenjang pendidikan dasar yaitu SD dan SMP, sehingga dengan pembelajaran ini dimungkinkan siswa dapat memperoleh suatu pengetahuan secara utuh dan dapat mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik (Permendikbud 67, 2013:3). Demikian pula dengan pendidikan nasional, dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3 tentang sistem pendidikan  nasional diarahkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif dan menjadi warga yang bertanggung jawab.

Hasil analisis temuan dilapangan pada saat studi pendahuluan, peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap guru dan siswa kelas IV di SD Negeri Petompon 01 Kecamatan Gajah Mungkur, Kota Semarang, yang merupakan salah satu SD piloting yang ditunjuk oleh pemerintah untuk melaksanakan kurikulum 2013. Dalam observasi tersebut, peneliti menemukan beberapa permasalahan antara lain: (1) Materi yang terdapat di buku siswa bersifat terbatas,  (2) Pembelajaran yang diajarkan masih belum merangsang siswa untuk berpikir ilmiah (saintifik), (3) Guru masih minim menggunakan metode/model pembelajaran yang berpusat pada siswa, (4) Guru saat pembelajaran belum menerapkan nilai karakter pada materi yang diajarkan, serta instrument pembelajaran yang ada belum mengintegrasikan pada nilai karakter, (5) Siswa cepat bosan dalam pembelajaran karena kurangnya kegiatan praktik dan pengalaman langsung. Permasalahan tersebut merupakan hal yang dapat menghambat kualiatas proses pendidikan dan hasil belajar siswa, sehingga hasil belajar yang dicapai siswa kurang optimal. Kondisi semacam ini tidaklah sesuai dengan keinginan untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna dan berorientasi pada pembentukan karakter siswa yang baik, karena guru masih menerapkan pembelajaran konvensional yang memandang siswa sebagai objek bukan sebagai subyek belajar.

Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang mengintegrasikan konsep-konsep esensial dari ilmu sosial dan sarat dengan konsep konotatif. Tujuan pendidikan IPS menurut (Hidayati, 2008:124) adalah “membina peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan Negara”.

Agar dapat mencapai tujuan pembelajaran IPS  maka guru harus dapat menumbuhkan keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS dapat ditumbuhkan dengan pemberian permasalahan yang autentik, sehingga siswa dapat belajar untuk memecahkan masalah sesuai gaya belajar anak yaitu dengan mengembangkan pengetahuan yang sudah ada di dalam dirinya. Siswa juga dapat memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar, memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai pengetahuan, ketrampilan, sikap serta karakter anak. Pembelajaran tematik muatan IPS agar lebih efektif dalam menumbuhkan nilai karakter siswa, maka dapat digabungkan metode dengan model pembelajaran inovatif yang bepusat pada siswa, sehingga pembelajaran dapat menciptakan komunikasi dua arah. Penggabungan model pembelajaran dengan karakteristik yang berbeda diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal dan dapat melengkapi kekurangan dari model pembelajaran yang hanya berpusat pada guru. Model pembelajaran yang akan digabungkan adalah metode  Spot Capturing dan model Berbasis Masalah.

Melalui penggabungan metode Spot Capturing dengan model pembelajaran Berbasis Masalah diharapkan pembelajaran yang dilaksanakan dapat bermakna. Pembelajaran yang bermakna dapat diperoleh jika siswa dapat mencari, menemukan, dan mengalami sendiri berbagai hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran, untuk mempermudah dalam menyebutkan kedua model tersebut dapat disingkat menjadi Scapbermas (Spot Capturing Berbasis Masalah).

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) Mendeskripsikan pembelajaran tematik muatan IPS dengan model Scapbermas untuk menumbuhkan nilai karakter siswa kelas IV Sekolah Dasar, (2) Mengembangkan  model Scapbermas pada pembelajaran tematik muatan IPS untuk menumbuhkan nilai karakter siswa kelas IV Sekolah Dasar, (3) Mengkaji kepraktisan model Scapbermas pada pembelajaran tematik muatan IPS untuk menumbuhkan nilai karakter siswa kelas IV Sekolah Dasar, (4) Mengkaji keefektifan pembelajaran tematik muatan IPS dengan menggunakan hasil pengembangan model Scapbermas untuk menumbuhkan nilai karakter siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Kegagalan penanaman nilai karakter dan kepribadian yang baik pada masa kecil akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Maka dari itu dibutuhkan motivasi bagi para pelaku pendidikan khususnya guru yaitu untuk mengintegrasikan nilai karakter dalam pembelajaran sehingga melahirkan generasi-generasi yang berkarakter. Karakter yang baik terdiri dari mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai atau menginginkan kebaikan (loving or desiring the good) dan melakukan kebaikan (acting the good). Membentuk karakter adalah dengan menumbuhkan karakter yang merupakan the habbit of mind, heart, and action yang ketiganya (pikiran, hati, dan perbuatan) adalah saling terkait (Lickona dalam Megawangi, 2004:24).

Berdasarkan uraian di atas, untuk mewujudkan tujuan kurikulum 2013 yang berorientasi pada pembentukan karakter siswa, model Scapbermas merupakan suatu model pembelajaran yang relevan untuk diimplementasikan, karena model Scapbermas mempunyai beberapa kelebihan yaitu bersandarkan pada psikologi kognitif, afektif dan psikomotorik siswa melalui berpikir ilmiah (saintifik) yang bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai karakter siswa.Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup. Selain sekolah, masyarakat juga berperan  membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungannya.

METODE PENELITIAN

Jenis dan desain penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan pendidikan (Education Research and Development). Hal ini berkaitan dengan tujuan umum penelitian yaitu pengembangan model Scapbermas untuk menumbuhkan nilai karakter siswa. Seperti yang sudah dijelaskan (Borg and Gall, 1981:775), Educational research and development is a process used to develop and validate educational product. Maksud istilah produk pendidikan (educational product)  dijelaskan lebih lanjut, tidak hanya mencakupi wujud material, seperti buku-buku teks, film-film pembelajaran dan sebagainya, tetapi juga berhubungan dengan pengembangan proses dan prosedur, seperti pengembangan model pembelajaran, pengembangan instrument/ perangkat pembelajaran, atau metode perorganisasian pembelajaran, metode perorganisasian kelompok belajar dan sejenisnya.

Penelitian ini dilakukan penyederhanaan sepuluh langkah penelitian dan pengembangan menurut Borg & Gall (1981:792) menjadi tujuh langkah. Penyerderhanaan ini sesuai dengan yang dikemukakan (Sukmadinata, 2005:169-170). Langkah yang harus ditempuh, yaitu (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) pengembangan draf produk, (4) uji coba lapangan awal, (5) merevisi hasil uji coba, (6) uji coba lapangan utama, dan (7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan.

Rancangan uji coba terbatas dilakukan secara Pre-experimental Design dengan One Group Pretest Posttest Study. Siswa diberi pretest sebelum perlakuan kemudian diberikan posttest sesudah pembelajaran yang telah dikembangkan terhadap nilai karakter. Uji coba terbatas digunakan untuk memperoleh keefektifan dan kepraktisan model Scapbermas  yang diimplementasikan dalam pembelajaran. Teknik pengumpulan data penelitian, peneliti menggunakan beberapa teknik dan prosedur yang disesuaikan dengan karakteristik data yang dikumpulkan dan responden penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan angket dengan berpedoman pada instrument yang dibuat dan dikembangkan sendiri oleh peneliti.

Analisis kevalidan  data diperoleh dari angket validasi yang diberikan kepada para ahli dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif persentase. Pengujian keefektifan produk dianalisis menggunakan analisis deskriptif persentase nilai karakter siswa dan peningkatan N-Gain, kemudian untuk pengujian kepraktisan dapat dilakukan dengan mengetahui respon penerapan model dan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dengan cara dilakukan penyebaran angket yang harus diisi oleh siswa dan guru sesudah pembelajaran, kemudian data dianalisis secara deskriptif persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan yang dilakukan peneliti mengenai pengembangan model Scapbermas pada pembelajaran tematik muatan IPS untuk menumbuhkan nilai karakter siswa, terdapat beberapa hasil penelitian sebagai berikut.

Pada penelitian pengembangan ini, peneliti telah mengembangkan perangkat pembelajaran tematik muatan IPS berupa : silabus, RPP, materi ajar dan alat evaluasi yang “Valid” untuk menumbuhkan nilai karakter siswa kelas IV Sekolah Dasar diantaranya, karakter kreatif, perduli dan tanggungjawab. Perangkat pembelajaran yang peneliti kembangkan berorintasi pada pencapaian nilai karakter yang telah disesuaikan dengan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), yaitu pada pembelajaran tematik kelas IV Sekolah Dasar materi tema 8 “Tempat Tinggalku”, subtema 3 “Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku”.

Perangkat pembelajaran tematik muatan IPS dengan model Scapbermas dirancang untuk memfasilitasi siswa dalam mengeksplor pengetahuan yang mereka miliki, memberikan kesempatan berelaborasi dengan teman sejawat (peer lessons) dan mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa.  Perangkat pembelajaran yang dikembangkan juga memfasilitasi siswa untuk aktif, menyediakan aktivitas atau kegiatan dengan menggunakan  model Spot capturing berbasis masalah, sehingga siswa tidak hanya mampu memahami materi tetapi juga mampu memaknai peristiwa dan kejadian yang ada di sekitar mereka.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007, kegiatan inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, pembelajaran pada tahap tersebut secara potensial dapat membantu siswa menginternalisasi nilai-nilai karakter yang diambil dari standar proses. Jadi perangkat pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan acuan standar proses yaitu menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berpusat pada siswa, sehingga dapat menumbuhkan nilai karakter siswa kelas IV Sekolah Dasar diantaranya : karakter kreatif, perduli dan tanggungjawab.

Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk akhir yang “Valid” berupa model pembelajaran Scapbermas (Spot Capturing Berbasis Masalah). Validasi produk telah dinilai dan divalidasi oleh 2 ahli pakar menggunakan instrument lembar validasi. Berdasarkan penilaian dua validator tersebut mengenai pengembangan model Scapbermas diperoleh total skor 96 atau 85,7% sehingga model Scapbermas dalam kriteria “Valid”.

Menurut Sugiyono (2001:91) menyatakan bahwa uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat kevalidan atau keabsahan serta kelayakan produk yang akan digunakan dalam penelitian.

Pengembangan model Scapbermas ini dilaksanakan dalam enam langkah pembelajaran, yaitu : (1) Orientasi siswa pada pembelajaran Scapbermas : guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena/ demonstrasi/cerita untuk memunculkan masalah dengan bantuan gambar/foto/video berbasis masalah serta memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih, (2) Mengorganisasi siswa untuk belajar : guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut, (3) Membimbing penyelidikan individual atau kelompok : guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah dengan melakukan kegiatan Spot Capturing di dalam maupun luar kelas, (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya : guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, foto, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya, (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah : guru membantu siswa untuk melakukan kegiatan refleksi dan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses pemecahan masalah, (6) Tindak lanjut : guru memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan  eksplorasi individu/kelompok dengan kegiatan Spot Capturing yaitu mengambil gambar/foto/video bermuatan masalah yang berkaitan mengenai materi yang telah dibahas ataupun mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Model Scapbermas memungkinkan guru lebih banyak melibatkan siswa secara langsung atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi serta mengajak siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan dalam pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model Scapbermas akan meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini karena dengan model Scapbermas pembelajaran menjadi lebih bermakna, siswa akan terangsang untuk membangun pemikirannya sendiri yaitu siswa belajar memecahkan masalah yang ditemukan di kehidupan sehari-hari dengan menggunakan berbagai sumber belajar, media dan teknologi.

Analisis deskripsi hasil belajar siswa kelas IV  A SDN Petompon 01 Kota Semarang dengan model Scapbermas  pada pembelajaran tematik muatan IPS materi tema 8 “Tempat Tinggalku”, subtema 3 “Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku”. Hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan jumlah 25 siswa untuk pretest memperoleh rata-rata 70,64, rentang 50, dan standar deviasi 13,29. Setelah proses pembelajaran dengan model Scapbermas kemampuan akhir mengalami perbedaan yaitu hasil belajar posttest memperoleh rata-rata 79,52, rentang 45, dan standar deviasi 12,74. Kemudian dianalisis peningkatan nilai hasil belajar siswa pretest dan posttest dengan uji N-Gain, diperoleh peningkatan (gain) 0,32 sehingga dalam kategori sedang.  

Berdasarkan Jurnal Nasional Kiki Septaria (2014) yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Spot Capturing untuk Menguatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Global Warming Pada kelas VII di SMP Negeri 1 Babat”  menyimpulkan bahwa penerapan metode Spot Capturing dapat memfasilitasi siswa dalam belajar dan membuat siswa merasa nyaman mengikuti pembelajaran serta secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut penelitian Hedon (2011) dalam Jurnal Internasional Science Teaching For Best Practices to Teach at Secondary Level, menyatakan bahwa kemampuan kognitif siswa adalah salah satu hal yang memberikan kontribusi terhadap munculnya nilai karakter.

Selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa, model Scapbermas juga efektif dalam menumbuhkan nilai karakter siswa. Berdasarkan analisis nilai karakter siswa dengan lembar observasi, diperoleh skor nilai karakter kreatif secara klasikal 82% dengan kriteria membudaya/sangat baik. Adapun karakter perduli diperoleh skor persentase 71% dengan kriteria mulai berkembang/baik. Kemudian untuk karakter tanggungjawab diperoleh skor persentase 78% dengan kriteria membudaya/sangat baik. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model Scapbermas “Efektif” dalam menumbuhkan nilai karakter siswa kelas IV Sekolah Dasar, diantaranya :  nilai karakter kreatif, perduli dan tanggungjawab.

Menurut Nugroho (2010:97) pembelajaran dengan metode Spot Capturing akan menghasilkan penguatan pada proses : (a) membangun perasaan, (b) penguatan persepsi, (c) pembentukan imajinasi, (d) penguatan filosofi dan (e) pemaknaan. Hal ini terlihat dari siswa yang antusias dengan kegiatan eksplorasi serta melakukan interaksi langsung dengan lingkungan di sekitar tempat tinggal, dengan melakukan pengamatan dan belajar memecahkan masalah dengan Spot Capturing, sehingga dapat menumbuhkan nilai karakter siswa. Hal tersebut sesuai dengan teori Vygotsky bahwa “interaksi individu dengan lingkungan adalah faktor utama yang mendorong atau memicu perkembangan karakter seseorang” (Vygotsky dalam depdiknas 2004).

Kepraktisan model Scapbermas akan memberikan manfaat yang besar bagi pelaksanaan maupun penerapan bagi guru dan peserta didik dalam pembelajaran, karena dirancang sedemikian sistematis untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu untuk menumbuhkan nilai karakter siswa kelas IV Sekolah Dasar, diantaranya : karakter kreatif, perduli dan tanggungjawab.

Berdasarkan  hasil angket respon siswa kelas IV A SDN Petompon 01 Kota Semarang, setelah dilakukan perlakuan dengan menggunakan model Scapbermas pada pembelajaran tematik muatan IPS materi tema 8 ”Tempat Tinggalku”, subtema 3 “Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku” diperoleh rata-rata total skor 58,4 atau 83,5%, sehingga angket respon siswa dalam kategori “Praktis”. Adapun hasil angket respon guru setelah dilakukan KBM dengan menggunakan model Scapbermas pada pembelajaran tematik muatan IPS materi tema 8 ”Tempat Tinggalku”, subtema 3 “Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku” diperoleh rata-rata skor respon angket guru 8,14 atau 81,4%, sehingga angket respon guru dalam kategori “Praktis”.

Van den Akker (1999:10) menyatakan : “Practically refers to the extent that user (or other expert) consider the intervention as appealing and usable in ‘normal’ conditions” Artinya, kepraktisan mengacu bahwa pengguna atau pakar lainnya mempertimbangkan intervensi dapat digunakan dan disukai dalam kondisi normal.

Menurut Nieveen dalam Trianto (2007:25) berpendapat bahwa untuk mengukur kepraktisannya yaitu dengan melihat apakah guru dan pakar lainnya mempertimbangkan bahwa produk mudah dan dapat digunakan oleh guru dan siswa. Khusus untuk pengembangan model yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan, model tersebut dikatakan praktis jika para ahli dan praktisi menyatakan secara teoritis bahwa model dapat diterapkan di lapangan dan tingkat keterlaksanaannya model tersebut termasuk kategori “Praktis/baik”.

Penerapan model Scapbermas secara terus menerus mampu memberikan umpan balik yang positif, meningkatkan hasil belajar serta dapat menumbuhkan nilai karakter siswa. Model Scapbermas memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah : (1) belajar menjadi lebih bermakna, (2) siswa mengkonstruksi pengetahuan dari fenomena yang ada, (3) merangsang siswa untuk kreatif dalam memecahkan masalah, (4) siswa menjadi aktif dalam pembelajaran, (5) dan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengembangan model Scapbermas untuk menumbuhkan nilai karakter siswa kelas IV SDN Petompon 01 Kota Semarang, maka dapat disimpulkan :

Dihasilkan produk Perangkat pembelajaran dengan model Scapbermas yang “Valid” yaitu berupa : Silabus, RPP, Materi ajar dan Alat evaluasi pada pembelajaran tematik muatan IPS yang dapat menumbuhkan karakter siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Dihasilkan produk Model Scapbermas (Spot Capturing Berbasis Masalah) yang “Valid” terdiri dari enam langkah pembelajaran, yaitu :  (1) Orientasi siswa pada pembelajaran, (2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) Membimbing penyelidikan individual atau kelompok, (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil, (5) Menganalisis dan mengevaluasi, (6) Tindak lanjut.

Dihasilkan kepraktisan penggunaan model Scapbermas (Spot Capturing Berbasis Masalah) dalam pembelajaran tematik muatan IPS untuk menumbuhkan nilai karakter siswa Sekolah Dasar, diantaranya : karakter kreatif, perduli dan tanggungjawab.

Dihasilkan keefektifan dalam pembelajaran tematik muatan IPS dengan model Scapbermas (Spot Capturing Berbasis Masalah) untuk menumbuhkan nilai karakter siswa Sekolah Dasar, diantaranya : karakter kreatif, perduli dan tanggungjawab.

Berdasarkan  hasil penelitian di atas, saran-saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah : (1) Model Scapbermas dapat digunakan guru sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk menumbuhkan nilai karakter siswa Sekolah Dasar, diantaranya : karakter kreatif, perduli dan tanggungjawab, (2) Hasil produk penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi guru untuk mengembangkan desain pembelajaran/ perangkat pembelajaran yang dapat menumbuhkan nilai karakter siswa Sekolah Dasar, (3) Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan uji coba secara luas serta meneliti terhadap aspek psikomotorik siswa agar hasil temuan dalam penelitian ini lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Akker,J.V. 1999. Principles and Methods of Development Research. In J. Vam den Akker,R Branch,K Gustafson, N Nieveen and Tj.Plomp (Eds).  Design Approaches and Tools in Education and Training (hlm. 1-14). Dodrecht : Kluwer Academic Publisher.

Borg and Gall. 1983. Educational Research, An Introduction. New York and London. Longman Inc.

Depdiknas. 2004. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 Tentang Standar Proses. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Hedon. 2011. Science teaching for best practices to teach at secondary level. The Journal Of Learning Sciences. Vol. 15. Issue 63 — 2011.

Hidayati. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD.Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Kiki.2014. Penerapan Metode Pembelajaran Spot Capturing untuk Menguatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Global Warming Pada kelas VII di SMP Negeri 1 Babat. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Unesa.

Lickona, Thomas. 1991. Educating For Character How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York : Batam Books.

Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter. Jakarta : Indonesia Heritage Fondation.

Permendikbud 67. 2013. Tentang Struktur Kurikulum SD. Jakarta : disalin oleh Biro Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tinggi Depdiknas.

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.

Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Predana Media Group.

Widiasmadi,Nugroho. 2010. Spot  Capturing Metode Dahsyat Mencetak Otak Super. Yogyakarta : Kawah Media.

———- 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.