Oleh:

Dr. Meilani Hartono, S.Si., M.Pd.

A. PENDAHULUAN

Perubahan zaman, globalisasi menyebabkan banyak perubahan dalam dunia pendidikan. Perubahan ini juga mewarnai pergantian kurikulum dan standar pendidikan yang berlaku di Indonesia. Saat ini kurikulum yang diberlakukan di Indonesia adalah Kurikulum 2013. Terdapat perbedaan yang signifikan antara Kurikulum 2013 dan kurikulum yang berlaku sebelumnya. Kurikulum 2013 dirancang untuk menjawab tantangan abad 21 dimana siswa diharapkan memiliki kecakapan yang diperlukan pada abad 21.

Perubahan kurikulum itu membawa perubahan pada proses pembelajaran. Berdasarkan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses, tertulis bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam Permendikbud nomor 22 tahun 2016 itu dinyatakan pula 14 paradigma pembelajaran, antara lain proses pembelajaran berubah dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;  dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

Menurut Goda, et al (2017) guru harus dapat menemukan formula baru yang bisa menjawab kebutuhan siswa menghadapi abad 21. Formula baru ini berkaitan dengan cara siswa memperoleh pengetahuan dalam proses pembelajaran. Guru dituntut melakukan inovasi dan reformasi dalam pembelajaran (Prenky, 2001). Inovasi dan reformasi pembelajaran adalah bagian penting dalam peningkatan kompetensi guru. Inovasi dan reformasi pembelajaran dapat dilakukan oleh guru dengan cara melakukan penelitian pengembangan Ini artInya penelitian pengembangan adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan sebagai salah satu upaya peningkatan kompetensi guru.

B. PENELITIAN PENGEMBANGAN

Penelitian dan pengembangan adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Produk pendidikan yang dimaksud tidak hanya buku, film instruksional atau perangkat lunak seperti program komputer tetapi termasuk metode dan program. Metode yang dimaksud di sini adalah metode pengajaran, sedangkan program yang dimaksud di sini adalah program pendidikan yang berkaitan dengan hal tertentu misalnya program pendidikan narkoba dan juga program pengembangan staf. Fokus utama penelitian dan pengembangan adalah program pengembangan, dan program yang dimaksud di sini adalah sebuah sistem belajar lengkap termasuk materi khusus yang dikembangkan dan personil terlatih untuk mengerjakan hal-hal dalam konteks tertentu (Gall, Gall dan Borg 2003).

1.Metode Pengembangan

Penelitian ini dirancang dengan pendekatan penelitian dan pengembangan. Berdasarkan konsep penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh Gall, Gall dan Borg (2003). Secara konseptual. pendekataan penelitian dan pengembangan mencakup sepuluh langkah yaitu; (1) research and information collecting; (2) planning; (3) develop preliminary form of product; (4) preliminary field testing; (5) main product revision; (6) main field testing; (7) operational product revisio; (8) operational field testing; (9) final product revision; dan (10) disemination and implementation (Gall, Gall dan Borg 2003). Menurut Sugiyono (2008: 298) langkah-langkah penelitian dan pengembangan ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Langkah-langkah penggunaan Research and Development (R&D)

Sukmadinata dalam Musadad menyederhanakan sepuluh langkah tersebut menjadi tiga langkah yaitu; (1) tahap studi pendahuluan sebagai needs and contents analisys; (2) tahap pengembangan; sebagai design and evaluation; dan (3) tahap pengujian, sebagai semi summative evaluation. Secara berturut-turut ketiganya diharapkan berfungsi sebagai : (1) hasil penelitian, (2) pengembangan, dan (3) fungsi validasi  (Musadad 2013: 132).

Penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat menghasilkan produk sebagai salah satu upaya meningkatkan kompetensi guru.  Pengembangan yang dimaksud secara lebih spesifk memiliki karakteristik sebagai berikut.

  1. Produk dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan.
  2. Produk dikembangkan dengan cara perancangan dan melakukan uji coba.
  3. Uji coba yang dilaksanakan adalah uji pakar dan uji empiris.
  4. Produk yang dihasilkan berupa inovasi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

1.2 Prosedur Pengembangan

Mengacu pada konsep-konsep yang sudah ada, langkah-langkah pada penelitian pengembangan dapat disederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu 1)  tahap studi pendahuluan; 2) tahap pengembangan; dan 3) tahap validasi produk.

Tiap tahap memiliki langkah-langkah kegiatan yang sudah direncanakan. Tahapan dalam penelitian ini harus dilaksanankan sesuai dengan urutannya. Setiap langkah dan tahapan yang dilaui menghasilkan hal-hal yang berpengaruh pada pembentukan produk.

1.2.1 Tahap Studi Pendahuluan

Tahap studi pendahuluan, merupakan gabungan dari research and information collecting planning. Studi pendahuluan dilakukan ditempuh dengan melakukan studi lapangan sehingga dapat ditemukan model dari produk yang dikembangkan. Model yang ditemukan ini merupakan model empirik.

Pada tahap studi pendahuluan, peneliti melakukan studi literatur dan mengkaji analisa kebutuhan. Tujuannya adalah untuk memperoleh desain model produk. Peneliti dapat melakukannya melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan para praktisi dan para pakar. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif dimana instrumen penelitian adalah peneliti sendiri yang dibantu dengan daftar pertanyaan, angket, alat observasi. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik triangulasi yang terdiri dari paparan data, reduksi data, dan verifikasi data.

1.2.2 Tahap Pengembangan

Tahap pengembangan, merupakan gabungan develop preliminary form of product, preliminary field testing, main product revision, main field testing, operational product revision,  operational field testing. Tahap pengembangan dilakukan dengan cara menyusun desain model produk yang dikembangkan. Dalam FGD pertama ini dihadirkan para praktisi yaitu guru, kepala sekolah dan pengawas. Tujuannya untuk mengetahui apakah model sudah sesuai dengan harapan dan analisa para praktisi, dan para praktisi sekaligus dapat menilai apakah model dapat dilaksanakan. Setelah itu dilakukan revisi yang pertama. Model yang disempurnakan melalui revisi pertama ini disiskusikan dalam FGD kedua. Dalam FGD kedua ini dihadirkan para praktisi yaitu guru, kepala sekolah dan pengawas dan pakar pendidikan. Hasil dari FGD sebagai dasar untuk melakukan revisi kedua. Berdasarkan penyempurnaan ini,  diperoleh model  hipotetik. Tim validator dalam kegiatan validasi ini melakukan validasi terhadap kelengkapan komponen, urgensi serta keefektifan masing – masing komponen.

1.2.3 Tahap Validasi Model

Tahap validasi model merupakan gabungan final product revision dan disemination and implementation. Tahap validasi awal dilakukan dengan teknik Delphi (Linstone, Turoff dan Helmer 2002) yaitu dengan cara mengunpulkan pendapat dari pakar pendidikan. Pakar pendidikan yang dimaksud disarankan adalah pakar pendidikan aktif dengan tingkat pendidikan S3.  Tujuan penggunaan teknik Delphi adalah untuk meningkatkan mutu pengambilan keputusan agar model hipotetik agar lebih applicable. Meskipun dalam teknik Delphi tidak memerlukan pertemuan langsung (face to face), tetapi guru sebagai peneliti dapat juga melakukan pertemuan langsung untuk mengumpulkan pendapat para pakar pendidikan tersebut.

Validasi dilakukan melalui diskusi dan obeservasi terhadap sistem serta menelaah teori yang relevan dan hasil-hasil yang relevan. Setelah model direvisi, dilakukan uji coba terbatas dalam satu sekolah. Berdasarkan hasil uji coba terbatas itu dilakukan revisi. Tujuan revisi adalah menyempurnakan model sebelum dilakukan uji coba lebih luas. Uji coba lebih luas dilakukan pada beberapa sekolah. Tahap validasi ini menghasilkan model produk akhir yang akan dilaksanakan dan disebarluaskan di berbagai sekolah.

Gambar 2. Tahapan Penelitian Pengembangan

2.UJI KEFEKTIFAN

Model final yang disebarluaskan ke banyak sekolah dilakukan uji keefektifan. Uji keefetifan dilakukan dengan menggunakan análisis kuantitatif yang dihubungkan dengan hasil belajar siswa. Hasil uji keefetifan di tiap sekolah belum tentu sama. Jika model dipandang tidak efektif maka dapat dilakukan penelitian pengembangan kembali.

C.PENELITIAN PENGEMBANGAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU

Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 8 berbunyi: “Guru wajib memiliki kualitas akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendididkan nasional”. Pasal 1 ayat  (10) berbunyi: “Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Lebih lanjut dalam pasal 10 dijelaskan bahwa kompetensi guru sebagai dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi guru harus ditingkatkan untuk menjawab perubahan zaman.

Inovasi dan reformasi pembelajaran adalah bagian penting dalam peningkatan kompetensi guru. Inovasi dan reformasi pembelajaran dapat dilakukan oleh guru dengan cara melakukan penelitian pengembangan Tahapan dalam penelitian pengembangan mempersayartkan bahwa peneliti, dalam hal ini guru, tidak bisa melakukannya sendiri. Guru harus berkolaborasi dengan sesama guru.

Boyle dan Boyle (2004) menegaskan pentingnya diskusi dan sharing dengan sesama guru. Melalui kegiatan diskusi tersebut dapat dikembangkan budaya belajar. Budaya belajar adalah salah satu cara untuk membuat perubahan (Fullan dan Kilcher 2005).Menurut Gentcturk dan Lubienski (2013) harus dibuat program pengembangan yang dapat meningkatkan  kompetensi guru. Sebuah program pengembangan hasilnya dapat dibuktikan dengan adanya perubahan (Bell, Wilson, & McCoach 2010).

Penelitian pengembangan dilakukan dengan melaksanakan FGD. FGD ini dapat dilakukan di kelompok-kelompok kerja guru. Di jenjang SD, kegiatan kelompok kerja guru ini dapat dilakukan dalam kegiatan KKG di tingkat sekolah, gugus, wilayah atau tingkat kabupaten/kota. Ketika penelitian pengembangan ini dilakukan dalam kegiatan KKG itu maka terjadi kegiatan diskusi dan tercipta budaya belajar. Budaya belajar yang terjadi ini secara otomatis meningkakan kompetensi  dan keprofesionalan guru.

Berbagai penelitian pengembangan yang dapat dilakukan adalah penelitian pengembangan yang berkaitan dengan inovasi dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran dan kompetensi guru. Penelitian pengembangan bahan ajar berupa buku, film, digital content, instrumen, model pembelajaran sampai dengan model supervisi dapat dilakukan. Penelitian pengembangan ini secara simultan dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan kompetensi guru.

D.KESIMPULAN

Penelitian pengembangan direkomendasikan untuk dilaksanakan dalam kegiatan kelompok guru. Guru-guru yang aktif melakukan penelitian pengembangan secara otomatis akan berdiskusi dan memilik budaya belajar yang tinggi. Oleh karena itu dengan melakukan penelitian pengembangan secara terus menerus, maka guru akan meningkat kompetensinya dan sekaligus akan mengupayakan inovasi pembelajaran guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Bell, C. A., Wilson, S. M., Higgins, T., &  McCoach, D. B. (2010). Measuring the effects of professional development on teacher knowledge: The case of developing mathematical ideas. Journal for Research in Mathematics Education, 41(5) : 79–512

Boyle, B., While, D. and Boyle, T.( 2004) A Longitudinal Study of Teacher Change: What Makes Professional Development Effective? The Curriculum Journal,. 15 (1)  :  45 –68.

Fullan, M., Cuttress, C. & Kilcher, A. (2005). Eight forces for  leaders of  change. Journal of Staff Development, 26 (4) : 54-64

Gall.M.D.,Gall.J.P. and Borg.W.R. (2003). Educational Research. An Introduction. SeventhEdition. Boston: Allyn and Bacon

Gentcturk, Y.C . and Lubienski, S.T. (2013). Measuring Mathematical Knowledge for Teaching: A Longitudinal Study Using Two Measures. Journal mathematics Teacher Education, 16 : 211 – 236.

Goda Y., Yamada M., Hata K., Matsukawa H., Yasunami S. (2017). Effects of Flipped Jigsaw Collaborative Learning on English as a Foreign Language Learning Anxiety. In: Wu TT., Gennari R., Huang YM., Xie H., Cao Y. (eds) Emerging Technologies for Education. SETE 2016. Lecture Notes in Computer Science, vol 10108. Springer, Cham

Kemdikbud. (2016). Permendikbud No 22 tahun 2016 tentang Standar Proses.

Linstone, H. A., Turoff, Murray, Helmer, O. 2002. The Delphi Method Tehniques and Aplications. http://spectrum.library.concordia.ca/976864/1/OkoliPawlowski2004DelphiPostprint.pdf .eBook (diunduh 25 Juli 2013).

Morine‑Dershimer, G. & Kent, T. (2003). The Complex Nature and Sources of Teachers’ Peda‑ gogical Knowledge. In J. Gess‑Newsome (ed.), Examining Pedagogical Content Knowledge. The Construct and the its Implication for Science Education. New York: Kluwer Academic Publisher, pp. 21‑50

Musadad, A.A. (2013). “Pengembangan Model Manajemen Pelatihan IPS Berbasis Multikultural untuk meningkatkan Kompetensi Profesional Guru di SMP Kota Surakarta”. Disertasi. Semarang: Program Pascasarjana Unnes.

Prensky, M. (2001). Digital Natives, Digital Immigrants. In On the Horizon, October 2001, 9 (5). Lincoln: NCB University Press.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen