Oleh:

Meilani Hartono

Salah satu bentuk nyata dari upaya pembinaan dan pengembangan kualitas guru diperlukan supervisi pendidikan. Fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada peningkatan kualitas pengajaran. Oleh karena itu perlu dipilih bentuk supervisi dengan pendekatan yang tepat dalam hal ini.

Pelaksanaan supervisi pendidikan membutuhkan supervior. Dalam hal ini pemakaian istilah supervisor pada supervisi berimplikasi (1) supervisor yang dianggap memiliki kemampuan melihat lebih yang membuat hubungannya dengan guru menjadi hirarki sehingga menghilangkan makna dialog, (2) supervisor dalam dunia perindustrian yang betugas mengawasi pekerja-pekerja yang sedang bertugas seperti yang telah ditentukan. Ini berarti bahwa istilah supervisor memiliki kaitan dengan industri dan konotasi bentuk wajib, evaluatif dan hirarki yang terkait di dalamnya. Jelas, dalam dunia pendidikan sebenarnya konotasi supervisor ini kurang tepat karena supervisor merupakan seseorang yang berada pada sisi manajerial di depan, dimana para pekerja harus mengikutinya.

Berbeda dengan supervisor, seorang konsultan adalah orang yang diundang untuk diajak bicara dan mampu menyediakan pandangan-pandangan untuk dipertimbangkan. Jelas dalam hal ini inisiatif berada pada individu yang mengundang konsultan.

Supervisi adalah suatu kegiatan yang menyangkut bekerja dengan orang lain. Dalam bekerja dengan orang lain maka hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan kemanusiaan terjadi bila terjadi komunikasi yang baik, penerimaan dan kepercayaan. Menurut Gordon dalam Sahertian (2000: 35) supervisi lebih banyak menggunakan bahasa penerimaan ketimbang bahasa penolakan.

Dalam perkembangannya terdapat empat model supervisi yaitu (1) model konvensional, (2) model ilmiah, (3) model klinis, (4) model artistik. Pada artikel ini kan dibahas lebih lanjut tentang supervisi model artisitk.

Dalam model artistik supervisor menjalin hubungan baik dengan guru yang disupervisi sehingga guru-guru yang disupervisi merasa dibimbing, diterima, merasa aman dan timbul dorongan untuk maju. Sikap mau menerima dan mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema yang dikemukakan serta menerima orang sebagaimana adanya sehingga orang dapat menjadi dirinya sendiri adalah sikap yang dikembangkan dalam supervisi artistik. Grant, Margot dan Crawfort (2012) menyatakan bahwa supervisi harus berdasarkan pendekatan relasional. Pendekatan relasional akan membuat hubungan yang baik antara guru.

Menurut Segiovanni dalam Sahertian (2000) ciri khas model artistik adalah:
1) memerlukan perhatian, lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara;
2) memerlukan keahlian keahlian khusus untuk memahami apa yang dibutuhkan;
3) mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda;
4) menuntut memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas dan prose situ diobservasi;
5) memerlukan laporan yang menunjukkan dialog antara supervisor dan yang disupervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak;
6) memerlukan suatu kemampuan berbahasa dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain dapat menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu;
7) memerlukan kemampuan untuk menafsir makna dari peristiwa yang diungkapkan;
8) menunjukkan fakta bahwa supervisi bersifat individual dengan kekhasannya, sensitivitas dan pengalaman merupakan instrument utama yang digunakan dimana situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yang disupervisi.

Dalam pengajaran, guru dibedakan melalui gaya dan kekuatan khususnya. Supervisi dengan orientasi artistik akan mengenali gaya guru tersebut dan mencoba membantu guru untuk mengeksploitasi dan menguatkan arah posittif yang telah diambilnya. Bahkan terjadi, beberapa guru yang tidak pernah cemerlang dalam memimpin diskusi kelompok kecilnya tetapi mungkin menjadi penceramah kelas atas. Dengan kata lain, baik kompetensi pengajaran secara umum maupun karakteristik unik dari tampilan harus dipersepsikan dan dihargai.

Kemampuan mengapresiasi kualitas seperti tersebut di atas menuntut akses terhadap proses. Dalam konser musik, pelatih dan pemain duduk bersama untuk memberikan komentar pada apa yang didengar. Bila latihan berulang-ulang, maka secara bersama-sama mereka dapat membuat perbandingan apa yang sedang didengar dan apa yang telah didengar. Hal ini memberikan kontribusi dalam memberikan parameter yang masuk akal bagi kritik yang diberikan sekarang dan tentunya sangat berpengaruh terhadap kecepatan ke arah perubahan.

Pemikiran dan hal yang dialami pemusik seperti itu amat relevan dengan supervisi pengajaran. Pada kunjungan pertama selama empat puluh menit tentunya akan menghambat apa yang harus dilakukan oleh seorang supervisor selain untuk menciptakan keakraban hubungan. Aspek pengajaran yang perlu dimodifikasi belum terungkap. Aspek pengajaran ini biasanya dipengaruhi oleh kebiasaan dan kebutuhan yang hanya bisa diungkap melalui umpan balik. Oleh karenanya dibutuhkan percakapan singkat dengan supervisor.

Pada sisi apresiasif, pendekatan artistik untuk supervisi berfungsi ganda yaitu mencari apresiasi terhadap keseluruhan kualitas penampilan termasuk kualitas-kualitas bagaian-bagian penyusunnya dan mencoba mengaperesiasi karakter penampilan yang berbeda. Pendekatan ini bertujuan unutuk mengetahui keunikan dan perbedaan dari tiap-tiap guru. Setelah ditemukan nilai-nilai khusus maka supervisor harus dapat menguatkan nilai-nilai tersebut agar meningkatkan kualitas pendidikan.

Sebuah pendekatan artistik untuk supervisi akan memperhatikan karakter ekspresif dari apa yang dilakukan guru dan siswa, pesan-pesan yang berisi tindakan-tindakan eksplisit yang mereka lakukan. Hal tersebut dapat dimengerti dari pengalaman yang dimiliki para siswa dan guru, dan tidal mudah untuk menjelaskan dan merincikan tindakan-tindakan yang mereka lakukan. Sebuah kondisi memiliki arti bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya dan bagaimana tindakan-tindakan dalam suatu situasi tercipta atau memberi suatu arti. Hal ini tentunya merupakan fenomena yang menarik yang dapat diamati melalui pendekatan artistik supervisi. Tentunya akan menjadi lebih hebat lagi jika supervisor juga membangun situasi secara artistik.

Sisi apresiasif dari supervisi yang dimaksud sebagai hal yang berkaitan dengan pendidikan adalah separuh bagian. Apresiasi dapat dilakukan sendiri, dan tentunya tidal perlu dibagi lagi agar dapat dilakukan secara utuh. Meskipun demikian, suka dan duka pribadi, walaupun signifikan bagi yang mengalami, perlu dipublikasikan agar berguna bagi yang lain. Bagian lain dari sisi apresiasif ini disebut kritik pendidikan. Kritik yang dimaksud disini adalah penampilan dalam bahasa artistik yang dialami seseorang sehingga dapat membantu guru dan orrang-orang yang peduli dengan sekolah. Funsi kritik yang dikeluarkan oleh supervisor adalah untuk membantu orang lain menghargai apa yang biasa terjadi. Para supervisor dapat melakukan hal ini dengan mengembangkan level yang lebih tinggi dalam pendidikan sejak dalam proses supervisi terdapat bahan kritik yang dikemas dalam bahasa ekspresif dan artistik.

Kemampuan untuk melihat situasi adalah penting untuk supervisi. Salah satu aturan dari supervisor adalah untuk mengkondisikan orang-orang memegang aspek-aspek dari situasi yang mungkin mendapat penghargaan. Kebiasaan yang mungkin membuat respon otomatis dan menambah tindakan yang efisien, dan pada saat yang sama sepertinya mengaburkan sesuatu yang karakteristiknya penting. Banyak guru yang telah mengajar 10 atau 20 tahun tetapi tidak melihat ke dalam kelas yang mereka miliki. Melihat ke dalam kelas sama pentingnya dengan kemampuan menggambarkan dan mengartikan apa yang telah dilihat dan dihargai oleh nilai-nilai pendidikan.

Aspek penghargaan dan evaluasi pada kritik pendidikan menjadi tujuan penting dalam penggambaran dan kebermaknaan pendidikan. Pendidikan yang telah signifikan dalam prakteknya tidak dapat dibatasi melalui tes statistik seperti tes-tes yang berupa pertanyaan yang berhubungan dengan bobot dari pertanyaan-pertanyaan. Pengkritik pendidikan dan supervisor yang menggunakan pendekatan artistik dalam supervisi diwajibkan untuk memberi nilai dari apa yang telah dilihat dengan menerapkannya pada pendidikan. Hal ini tentunya bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana. Melakukan hal ini secara lengkap, pengkritik membutuhkan kesadaran bermacam-macam cara dimana sifat-sifat pendidikan dapat diperlihatkan sehingga penghargaan yang diberikan benar-benar patut dan layak diberikan. Seseorang butuh mengenali kualitas unik dari pembelajaran dan cara-cara khusus dimana kelas sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan siswa.

Ada delapan ciri yang muncul dari pendekatan artistik untuk supervisi yaitu sebagai berikut.
1. pendekatan artistik untuk supervisi membutuhkan perhatian untuk karakter dari kejadian yang ekspresif, tidak mudah untuk makna harafiah
2. pendekatan artistik pada supervisi membutuhkan level pendidikan yang tinggi, kemampuan untuk melihat apakah sudah signifikan
3. pendekatan artistik pada supervisi menghargai kontribusi unik dari guru untuk perkembangan pendidikan dimana kontribusi-kontribusi para guru adalah sama antara satu dengan yang lain
4. pendekatan artistik pada supervisi meminta perhatian dari proses kehidupan kelas dan proses ini dobservasi pada suatu waktu sehingga kejadian yang signifikan ditempatkan dalam konteks sementara
5. pendekatan artistik pada supervisi membutuhkan hubungan yang dibangun antara supervisor dan yang diawasi sehingga dapat dibangun dialog dan ditumbuhkan kepercayaan di antara keduanya
6. pendekatan artistik pada supervisi membutuhkan kemampuan untuk menggunakan bahasa dan memanfaatkan potensinya untuk membuat publik berkarakter ekspresif terhadap apa yang dilihat
7. pendekatan artistik pada supervisi membutuhkan kemampuan untuk mengartikan makna dari kejadian-kejadian yang terjadi pada orang yang berpengalaman dan mampu menghargai pentingnya pendidikan
8. pendekatan artistik pada supervisi menerima kenyataan bahwa supervisor sebagai individu dengan kekuatannya, sensitivitasnya dan pengalamannya adalah “alat” penting untuk menafsirkan dan mengartikan situasi pendidikan

PENUTUP
Supervisi dengan pendekatan artistik tepat digunakan untuk membantu mengembangkan pembelajaran. Harapannya, dengan pendekatan artistik, hubungan yang terbangun antara supervisor sebagai konsultan dengan guru amatlah positif sehingga guru tidak merasa terbebani dan makin dapat berinovasi dalam menciptakan pembelajaran matematika yang menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Grant, J., Schofield, Margot J, and Crawford,Sarah. 2012. Managing Difficulties in Supervision: Supervisors’ Perspectives. Journal of Counseling Psychology, 59 (4) : 528 –541

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Rineka Cipta.