Oleh:
Prof. Sasmoko

 

Pendidikan merupakan sebuah upaya holistic yang menjadi penentu utama dalam menghasilkan sumber daya manusia yang mampu mengatasi tantangan kompetensi industri 4.0. Oleh karena itu, tata kelola pendidikan harus mampu menghasilkan sebuah kualitas sesuai dengan standar yang diharapkan sekaligus dapat menyeimbangkan diri dengan perkembangan teknologi yang menjadi ciri khas era ini (Benešová & Tupa, 2017; Zhou, Liu, & Zhou, 2016). Konsep pendidikan 4.0 harus mampu menjadi replika industri sehingga secara paralel mewujudkan interdependensi yang saling mengempower.

Salah satu upaya pemenuhan inkarnasi pendidikan yang sejalan dengan pendidikan 4.0, maka guru sebagai tonggak utama pendidikan harus mampu memodifikasi dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki (Harkins, 2008). Dalam penelitian terdahulu yaitu Indonesian Teacher Engagement Index ditemukan bahwa kondisi guru di Indonesia memiliki level critical engagement, yaitu level engagement kedua yang dibentuk secara dominan oleh aspek kompetensi dibandingkan aspek lainnya (Sasmoko, Abbas, Indrianti, & Widhoyoko, 2018; Sasmoko, Muqsith, Widhyatmoko, Indrianti, & Khan, 2017). Guru sebagai pendidik harus mampu meningkatkan kompetensinya agar mampu memfasilitasi peserta didik beradaptasi dengan revolusi industry 4.0, sehingga kompetensi ini  disebut dengan kompetensi guru 4.0.

Evolusi kompetensi guru 4.0 ini akan menjadi tolok ukur bagi pengelola pendidikan dalam melihat kesiapan guru menghadapi pendidikan 4.0 terukur. Pendidikan 4.0 ditandai dengan inovasi sehingga siswa menjadi sumber evolusi teknologi yang selalu berada dalam jejaring inovatif yang terus berkelanjutan. Oleh karena itu kompetensi guru yang ditetapkan oleh pemerintah melalui UU Guru dan Dosen tahun 2005 harus ditingkatkan. Hasil kajian ilmiah yang telah dilakukan, maka kompetensi guru 4.0 minimal harus memuat kompetensi pedagogic, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi teknis dan kompetensi metodologis. Dengan adanya penambahan kompetensi ini  maka diharapkan guru Indonesia mampu meningkatkan lulusan yang mampu berdaya saing di industry 4.0

Referensi

Benešová, A., & Tupa, J. (2017). Requirements for Education and Qualification of People in Industry 4.0. Procedia Manufacturing, 11(June), 2195–2202. https://doi.org/10.1016/j.promfg.2017.07.366

Harkins, A. M. (2008). Leapfrog Principles and Practices: Core Components of Education 3.0 and 4.0. Future Research Quality, 24(1), 19–31. https://doi.org/10.1016/j.promfg.2017.07.366

Sasmoko, Abbas, B. S., Indrianti, Y., & Widhoyoko, S. A. (2018). Indonesian teacher engagement index: A rasch model analysis. In IOP Conference Series: Materials Science and Engineering (Vol. 296). https://doi.org/10.1088/1757-899X/296/1/012027

Sasmoko, Muqsith, A. M., Widhyatmoko, D., Indrianti, Y., & Khan, A. (2017). Indonesian teacher engagement index (ITEI): Decision support system for education. In 2017 5th International Conference on Cyber and IT Service Management, CITSM 2017. https://doi.org/10.1109/CITSM.2017.8089321

Zhou, K., Liu, T., & Zhou, L. (2016). Industry 4.0: Towards future industrial opportunities and challenges. In Fuzzy Systems and Knowledge Discovery (FSKD), 2015 12th International Conference on, IEEE., 2147–2152. https://doi.org/10.1109/FSKD.2015.7382284