Oleh:
Ferry Doringin

Mengajar: menyenangkan atau mendatangkan frustrasi?

Guru memiliki sejumlah pengalaman dalam menghadapi siswa di kelas. Pengalaman itu bisa berupa kegembiraan, kepuasan, dan kebahagiaan karena siswa berlaku manis, tetapi terutama mau kooperatif dan merespon positif dan efisien dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya, mengajar menjadi kegiatan yang menyakitkan ketika siswa bertindak tidak semestinya, cenderung melawan, menantang, dan tidak kooperatif dalam proses tersebut. Siswa berada dalam situasi di luar kontrol. Ada juga situasi ketika siswa tidak di luar kontrol, tetapi cenderung pasif, tidak termotivasi, dan tidak merespon maksimal.

Manajemen kelas yang benar adalah memastikan agar siswa belajar dalam suasana yang kondusif, termotivasi, dan bebas dari gangguan serta ancaman. Siswa memperoleh kegembiraan dalam belajar karena suasana dan kondisi mampu diciptakan; pada saat itu, gangguan bisa dihindarkan dan masalah bisa diatasi.

Guru atau Dokter Bedah?

Cangelosi (2014) membuat perbandingan antara guru dengan Dokter bedah otak. Perbandingan ini bisa menggambarkan tingkat kesulitan dan kerumitan seorang guru. Menurut Cangelosi, dibandingkan dengan dokter bedah otak, tugas guru itu lebih kompleks. Dokter bedah otak itu melakukan tugas operasi hanya kepada satu orang pasien; sedangkan guru menangani sekitar 30 siswa sekaligus ketika mengajar. Dokter bedah otak berfokus hanya satu aspek pada pasien dan dia biasanya dibantu oleh para asisten; sedangkan guru biasanya tidak memiliki asisten dan biasanya menangani begitu banyak aspek dari sekitar 30 siswa itu, yakni: prestasi belajar, karakter, motivasi, kerjasama, bakat dan potensi, dan kesulitan-kesulitannya.

Operasi otak yang baik akan menmpuh sejumlah langkah, misalnya: mempelajari gejala dan kemudian menetapkan bahwa pasien harus dioperasi; menetapkan hal spesifik yang harus dilakukan terkait dengan oeprasi itu; menentapkan rencana dan prosedur yang akan dilewati; menyiapkan sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam operasi itu; tahap pelaksanaan opeasi dan monitoring pasca operasi.

Bagaimana kegiatan paralel yang akan dilakukan oleh seorang guru? Pertama, guru mendeteksi dan menetapkan kebutuhan para siswanya. Guru menentapkan tujuan pembelajaran. Guru menyusun aktivitas belajar. Guru melakukan persiapan dan melaksanakan aktivitas belajarnya. Terakhir, guru mengevaluasi siswa untuk mengetahui seberapa baik siswa sudah menjadi tujuan belajar.

Tingkat kualitas hubungan guru dan siswa

Sejumlah istilah yang dipakai terkait respon siswa untuk pembelajaran ini menggambarkan kualitas hubungan antara guru dan siswa.  Tingkat kualitas hubungan itu adalah on-task behavior dimaksudkan bahwa siswa mau bekerja sama dengan guru dan melaksanakan instruksi atau permintaan guru; Engagement menjelaskan betapa terlibatnya seorang siswa dalam pembelajaran; Off-task behavior berarti siswa tidak mau peduli atau tidak mau terlibat dalam pembelajaran; Lebih jelek lagi adalah disruptive dimana siswa bukan hanya pasif tetapi juga mencegah atau mengganggu guru atau siswa lain dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Sikap disruptive yang terjadi di kelas antara lain: Siswa bicara di kelas dalam taraf sudah mengganggu; memotong presentasi tanpa dipersilakan; tidak sopan; melucu yang mengganggu (perilaku dibuat-buat yang mengganggu); berlaku kasar. Bisa dikatakan bahwa tingkat disruptive adalah tingkat dimana hubungan siswa dan guru berada pada tingkat kualtias yang sangat jelek.

Off-task behavior atau perilaku pasif dan acuh bisa terjadi dalam bentuk sikap berikut: tidak memperhatikan dan tidak konsentrasi; telamun; menunjukkan sikap pasif dan tidak antusias (tidak tertarik); tidak mengikuti instruksi guru (tidak membuat PR). Siswa memiliki sikap jelek meskipun tidak mengganggu yang lain secara aktif; bolos; meyontek.

Tips menguasai kelas

Sejumlah tips berikut bisa digunakan guru untuk bisa menguasai kelas dan melaksanakan Classroom Management dengan lebih baik: Memiliki goal dalam pembelajaran dan mengajak siswa bersama-sama mencapai goal itu; punya cara yang baik dalam merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran; melakukan evaluasi yang baik; mengorganisir kelas dengan baik; berkomunikasi dengan siswa dan orangtua dengan baik.

Hal-hal di atas bisa membantu guru mengajar secara sukses. Meskipun demikian, ada sejumlah hal yang berada di luar jangkauan guru. Hal-hal itu antara lain: kurang dukungan manajemen / Kepala Sekolah / yayasan; orangtua tidak peduli; fasilitas kurang; siswa terlalu banyak dalam satu kelas; siswa yang nakal sejak awal/ sulit diatur sejak belum masuk di sekolah itu; hal politis terbawa dalam kelas.

Dengan situasi-situasi demikian, sebaiknya guru berkonsentrasi pada apa yang bisa diubahnya dan lebih realistis terhadap apa yang sulit diubahnya. Keterbukaan dalam bekerja, baik terhadap pimpinan sekolah, rekan guru, siswa, dan orangtua, bisa sangat membantu guru dalam melaksanakan tugas dengan maksimal.