Oleh:
Prof. Sasmoko

Pemenuhan profesionalisme abad 21 memerlukan transformasi pendidikan terutama terbangunnya kualitas guru yang mampu memajukan pengetahuan, pelatihan, ekuitas dan prestasi siswa (Azam & Kingdon, 2014; Darling-Hammond, 2006).  Guru merupakan profesi yang menuntut adanya keterpautan dan interdependensi antara kemampuan, kompetensi dan berbagai peran sebagai satu kesatuan yang utuh dan sinergis yang biasanya dikenal dengan istilah engagement. Gambaran ini menjadi dasar perlunya upaya untuk melengkapi program maupun instrument yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini dalam memotret kinerja guru dengan konsep baru yaitu teacher engagement.

Teacher engagement merupakan sebuah kondisi ketika guru dapat menjadi bagian yang paling berpengaruh dalam kehidupan siswa, guru yang memiliki antusiasme saat mengajar, sangat peduli terhadap keberhasilan siswa melebihi standar yang ada, memahami mata pelajaran dengan baik namun tidak takut untuk mengakui bahawa mereka tetap perlu belajar lebih banyak, bangga terhadap pekerjaan mereka sehingga dapat menularkan kepercayaan dan optimisme mereka (Rutter & Jacobson, 1986).

Pada tahun 2015 penelitian Sasmoko dkk tentang teacher engagement memberikan hasil adanya indikasi bahwa guru yang engaged secara signifikan justru guru yang mengajar pada jenjang Sekolah Dasar. Level engagement guru semakin menurun pada jenjang selanjutnya. Lebih lanjut ditelaah bahwa konsep teacher engagement yang berkembang selama ini perlu disesuaikan dengan konteks guru Indonesia. Guru di Indonesia digambarkan sebagai pribadi dan eksistensi guru yang tidak sekedar sebagai pengajar tetapi sebagai satu kesatuan utuh seorang pendidik yang profesional namun juga harus berkarakter Indonesia. Oleh karena itu diperlukan alat ukur yang mampu mengukur keseluruhan konsep ini sehingga sesuai dengan profil guru Indonesia.          Hasil kajian dan penelitian ini lebih lanjut menghasilkan sebuah tools yang dapat digunakan untuk mendeteksi profil guru secara menyeluruh melalui sebuah alat ukur yang mampu memotret anatomi kapasitas “guru Indonesia sebagai pengajar-pendidik-profesional-berkarakter Indonesia dalam satu kesatuan utuh (engage)” yang siap menjadi guru abad 21. Pendekatan di atas kemudian diberi nama “Indonesian Teachers Engagement Index (ITEI)” (Sasmoko, Doringin, Indrianti, Goni, & Ruliana, 2018; Sasmoko, Indrianti, Khan, Nurkamto, & Harsoyo, 2014).

Indonesian Teacher Engagement dibangun dari enam dimensi utama yaitu guru memiliki kondisi psikologis yang positif sehingga guru mampu membangun pendidikan yang positif. Kedua kondisi tersebut akan membantu meningkatkan kompetensi guru untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Sebagai guru Indonesia maka guru harus memiliki karakter yang berlandaskan filosofi Pancasila serta mampu membangun nasionalism leadership engagement. Terbangunnya keenam dasar ini dengan sendirinya akan mampu  meningkatkan kualitas guru yang secara signifikan akan turut meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

References

Azam, M., & Kingdon, G. (2014). Assessing Teacher Quality.

Darling-Hammond, L. (2006). Constructing 21st-Century Teacher Education. Journal of Teacher Education, 57(3), 300–314. https://doi.org/10.1177/0022487105285962

Rutter, R. A., & Jacobson, J. D. (1986). Facilitating Teacher Engagement. Educational Research, (3).

Sasmoko, Doringin, F., Indrianti, Y., Goni, A. M., & Ruliana, P. (2018). Indonesian Teacher Engagement Index (ITEI): An Emerging Concept of Teacher Engagement in Indonesia. In IOP Conference Series: Materials Science and Engineering (Vol. 306). https://doi.org/10.1088/1757-899X/306/1/012119

Sasmoko, Indrianti, Y., Khan, A., Nurkamto, J., & Harsoyo, Y. (2014). Construct theoretical: Indonesian Teacher Engagement Index (ITEI). Man in India, 97(14), 1–7.