Oleh:
Fransiska Astri K.

Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh pemerintah jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur. Lee (Yahya, 2018) memaparkan, industry 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh 4 faktor:

  1. Peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas.
  2. Munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis.
  3. Terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin.
  4. Perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika, dan 3D printing.

Berapa kali dalam 1 hari kita menggunakan telfon pintar? Bisa jadi setiap 5 menit kita memeriksa telfon pintar kita walaupun tidak ada telpon ataupun pesan masuk. Seberapa cepat gossip artis luar negri bisa kita ketahui? Terutama bila artis tersebut adalah idola kita? Dunia sudah berubah, bukan saatnya lagi kita melarang secara paksa penggunaan telfon pintar atau teknologi yang memiliki peluang pendukung pendidikan di dalam kelas, hanya saja guru memang perlu 3R (Retraining, Reskiling, dan Revitalisasi) sehingga semua komponen bisa saling mendukung dan tidak menjadi boomerang pada saat pelaksanaan pembelajaran.

Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi memang telah mengubah cara hidup manusia. Hal tersebut tidak bisa kita pungkiri. Ingkaran terhadap perubahan dunia ini sudah banyak kita lihat akibatnya. Berapa ponsel pintar yang sering disita sekolah? Berapa kali hal-hal negative yang bisa direkam melalui ponsel pintar menjadi viral? Apa yang harus guru dan orang tua usahakan untuk memperbaiki hal-hal tersebut? Sikap represif berupa pelarangan atau penyitaan rupanya hanya memunculkan sikap mencuri-curi kesempatan, untuk itulah harus mulai muncul sikap preventif atau malah mengkolaborasikan penggunaan teknologi dalam kegiatan pembelajaran.

Kemunculan industri 4.0 semua orang di dunia memang berada pada ketidakpastian yang bersifat global (yahya, 2018). Bagi yang tidak mampu untuk beradaptasi, maka tergantikanlah posisinya dengan keberadaan mesin (dalam hal ini bisa telfon pintar ataupun mesin pencari). Ketika ilmu pengetahuan bisa didapatkan dari mesin pencari, maka hendaknya guru dan sekolah mampu menjadi lebih dari penyedia ilmu, karena jika kita sebagai pengajar dan pendidik setia pada konvensionalitas kita sebagai penyedia ilmu pengetahuan, maka mungkin keberadaan kita akan segera tergantikan oleh robot-robot yang selalu muda dan tidak pernah ngomel atau memarahi siswanya.

Daftar pustaka:

Yahya, M. (2018).Era Industri 4.0: Tantangan dan peluang perkembangan dan pendidikan kejuruan Indonesia. Sidang Terbuka Luar biasa, Makasar 2018