Oleh:

Meilani Hartono

Dalam konteks pembaruan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti, yait: 1) pembaruan kurikulum; 2) peningkatan kualitas pembelajaran; dan 3) efektivitas metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload dan mampu mengakomodasikan keberagaman  keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dan secara mikro, harus ditemukan model pembelajaran yang efektif di kelas.  Model pembelajaran yang dipilih harus pembelajaran haruslah menarik minat dan menyenangkan siswa. Targetnya juga untuk mengubah pandangan siswa yang menganggap Matematika sebagai momok menjadi Matematika itu indah dan menyenangkan, sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang baik, yang dapat bersaing prestasinya dengan negara lain. Model pembelajaran yang dipilih diharapkan mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi dan kecakapan hidup peserta didik. Model pembelajaran yang bersesuaian dengan maksud diatas , khususnya dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah model pembelajaran Quantum dengan Pendekatan Spiral  Berbasis Media.

Model pembelajaran Quatum Teaching mulai dikembangkan di Amerika Serikat di tahun 1999. Pelopornya adalah Prof. Dr. Bobbi De Porter dan Prof. Dr. Mark Reardon. Azasnya, bawalah mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia rnereka. Quantum diartikan sebagai interaksi yang menggubah (mengorkestrasi) energi menjadi cahaya. Interaksi mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan belajar. Interaksi ini menggubah kemampuan dan bakat alamiah siswa, yang diharapkan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

Langkahnya adalah sebagai berikut.

  1. Orkestrasilah suasana belajar menjadi suasana yang amat menyenangkan bagi Guru harus ramah, antusias, hangat, dan menarik.
  2. Buatlah agar segalanya “berbicara” tentang materi yang kita ajarkan.
  3. Buatlah agar segalanya bertujuan untuk keberhasilan belajar.
  4. Berilah pengalaman awal (siswa mengkonstruksi sendiri pcngetahuannya),selanjutnya guru mcmberikan arahan yang
  5. Beri pengakuan pada setiap usaha yang telah dilakukan siswa.
  6. Jika suatu materi layak dipelajari, keberhasilannya layak pula dirayakan. Artinya, rayakanlah keberhasilan dari setiap siswa.
  7. Perlu pengaturan suasana dan lingkungan yang kondusif untuk hclajar.
  8. Ciptakan keriangan dan ketakjuban (seperti waktu kita belajar naik sepeda).

Suasana kelas bisa dilengkapi musik yang lembut, tetapi tidak meng­ganggu siswa dalam belajarnya.

Menurut Teori Bruner, perlu digunakan pendekatan spiral (spiral approach) dalam pembelajaran matematika. Maksudnya, sesuatu materi matematika tertentu seringkali perlu diajarkan beberapa kali pada siswa yang sama selama kurun waktu siswa tersebut berada di sekolah, tetapi dari saat pembelajaran yang satu ke saat pembelajaran berikutnya terjadi peningkatan dalam tingkat keabstrakan dan kompleksitas dari materi yang dipelajari, termasuk peningkatan dalam keformalan sistem notasi yang digunakan. Sebagai contoh, ketika di kelas 1 SD, siswa mempelajari penjumlahan sederhana, lalu dikelas 2 SD siswa mempelajari perkalian sebagai penjumlahan berulang. Konsep itu kemudian digunakan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dang makin meningkat tingkat keabstrakan dan kompleksitasnya.

Untuk menciptakan keriangan di kelas, saat mengajarkan materi dengan pendekatan spiral ini dapat digunakan berbagai jenis games matematika dengan menggunakan kartu ataupun berbasis IT. Games dapat dikembangkan sendiri oleh guru.

DAFTAR PUSTAKA

Bobbi De Porter, Mike Hernacki, 1999. Quantum Teaching. Bandung : Mizan Media Utama (MMU)

Amin Suyitno , 2005. Pemilihan Model-model Pembelajaran Matematika dan Penerapannya di Madrasah Aliyah – Bahan Pelatihan bagi Guru-guru Pelajaran Matematika MA se Jawa Tengah. Semarang: Unnes