Oleh:

Ubaidah

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen yang saling terintegrasi. Komponen yang merangkai sebuah pembelajaran dapat berupa instruktur, siswa, materi, aktifitas pembelajaran, sistem penyampaian, dan lingkungan belajar dan kinerja. Setiap komponen berinteraksi satu sama lain dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Perubahan di satu komponen dapat mempengaruhi komponen lain dan pastinya hasil belajar.

Salah satu model desain pembelajaran yang mengacu pada pendekatan sistem yang ada adalah Instructional Systems Development (ISD) oleh Dick and Carey. Model ini didasarkan bukan hanya dari teori dan penelitian, namun juga sejumlah pengalaman praktis dalam penerapannya. Model ini terdiri dari 10 tahapan yang digambarkan dengan 10 kotak yang saling terhubung dengan garis-garis yang menunjukan umpan balik dari kotak satu ke kotak lainnya. Setiap kotak mewakili teori-teori, prosedur, dan teknik yang ada dalam merancang, mengambangkan, mengevaluasi, dan merevisi pembelajaran.

  1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran

Tahap pertama dalam model ini adalah untuk menentukan kompetensi apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh siswa setelah menyelesaikan pembelajaran. Tujuan pembelajaran mungkin dapat berasal dari daftar tujuan, analisis tugas, asesmen kebutuhan, pengalaman praktis dengan kesulitan belajar siswa, analisis orang yang melakukan sebuah pekerjaan, atau dari persyaratan lain dari pembelajaran yang baru.

  1. Menjalankan Analisis Pembelajaran

Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, tahap selanjutnya adalah menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan. Langkah terakhir dalam proses analisis pembelajaran adalah untuk menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap apa yang perlu diketahui sebagai sikap dasar, yang disyaratkan kepada peserta untuk dapat memulai pembelajaran. Sebuah diagram akan dihasilkan untuk menggambarkan hubungan antara semua keterampilan yang telah diidentifikasi.

  1. Menganalisa Peserta dan Konteks

Setelah menganalisa tujuan dari pembelajaran, terdapat analisis paralel dari siswa, yaitu konteks yang akan dipelajari keterampilannya oleh siswa, dan konteks yang akan digunakan oleh siswa. Keterampilan yang ada, referensi, serta sikap siswa ditentukan sesuai dengan karakteristik dari pengaturan pembelajaran dan pengaturan dimana keterampilan akan digunakan nantinya. Informasi penting ini membentuk beberapa tahapan dalam model, khususnya strategi pembelajaran.

Simonson & Smaldino, et al, (2009), menyarankan bahwa dalam menganalisa peserta dan konteks ini, perlu dianalisa kemampuan umum siswa dari suatu kelas. Analisa ini dapat berupa analisa kemampuan konitif dari siswa, dimana instruktur mengobservasi siswa terkait kepada konten pembelajaran. Melalui cara ini maka dapat dilihat pengetahuan dan keterampilan prerequisite untuk pengalaman belajar tertentu yang dapat menentukan kesuksesan suatu pembelajaran.

Selain cara yang disebutkan di atas, dijelaskan juga bahwa instruktur dapat melakukan pretes maupun peninjauan portofolio yang dapat memberikan informasi mengenai kemampuan siswa. Karena siswa dating dari latar belakang yang sangat beragam, sehingga memungkinkan beberapa siswa kurang persiapan untuk materi yang akan diajarkan di kelas.

Willis dalam Simonson, Smaldino & Albright, dkk, (2009), menyebutkan beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengetahui karakteristik siswa dalam membangun suatu lingkungan pembelajaran jarak jauh, yaitu:

  • Berapa usia dan apa latar belakang, hobi, dan tingkat pendidikan siswa?
  • Berapa tingkat pengenalan siswa dengan metode pembelajaran dan system teknologi yang menyampaikan pembelajaran yang dapat dipertimbangkan?
  • Bagaimana siswa akan menerapkan pengetahuan yang telah dicapai dalam pembelajaran, dan bagaimana urutan pembelajaran satu dengan yang lainnya?
  • Dapatkan siswa dikategorisasikan ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok dengan karakteristik yang berbeda?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, instruktur harus berusaha untuk mencari jawabannya di pertemuan pertama di kelas. Menanyakan beberapa pertanyaan kepada siswa secara individu akan membantu instruktur dalam memahami kebutuhan, latar belakang, dan ekspetasi siswa.

  1. Menuliskan Tujuan Kinerja

Berdasarkan analisis pembelajaran dan keterangan sikap dasar yang ada, selanjutnya dapat ditentukan keterangan spesifik dari apa yang siswa akan mampu lakukan ketika siswa menyelesaikan pembelajaran. Keterangan ini dapat berasal dari keterampilan yang diidentikasi pada analisis pembelajaran, yang akan mengidentifikasi keterampilan yang akan dipelajari, kondisi yang harus ada untuk menunjukan kinerja, dan kriteria dari kinerja yang baik.

Simonson & Smaldino, et al, (2009), menjelaskan bahwa pendekatan tradisional yang biasa digunakan dalam menuliskan tujuan juga efektif untuk pembelajaran jarak jauh. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan harus ditentukan di bawah kondisi dimana pembelajaran berlangsung, sesuai dengan kinerja yang diharapkan, dan standar dimana kinerja akan disesuaikan. Salah satu cara menulis tujuan adalah sebagai berikut:

Diberikan       : kondisi saat pembelajaran berlangsung,

Siswa akan   : menemukan beberapa level penentu dari kinerja

Merujuk pada            : standar minimum

Target dan tujuan pembelajaran harus selalu disampaikan kepada siswa sehingga dapat membantu siswa agar tetap focus terhadap parameter dari sebuah pembelajaran.

  1. Mengembangkan Instrumen Asesmen

Berdasarkan tujuan yang telah dituliskan, selanjutnya dapat dikembangkan asesmen yang terkait dan pengukuran kemampuan siswa untuk menunjukan kinerja yang telah ditentukan di tujuan. Penekanan utama ditempatkan pada hubungan beberapa keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan sebagai syarat asesmen.

  1. Mengembangkan Strategi Pembelajaran

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari 5 tahap pedagogi sebelumnya, akan dapat diidentifikasi strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan. Strategi akan menekankan pada komponen untuk menunjang pembelajaran siswa termasuk kegiatan sebelum belajara, presentasi materi, partisipasi siswa, asesmen, dan kegiatan lanjutan. Strategi akan didasarkan pada teori terkini dari pembelajaran dan hasil penelitian mengenai pembelajaran, karakteristik media yang akan digunakan untuk menyampaikan pembelajaran, konten yang akan diajarkan, dan karakteristik dari peserta yang akan berpartisipasi dalam pembelajaran. Fitur ini digunakan untuk mengembangkan atau memilih material dan rencana untuk pembelajaran di kelas yang interaktif, pembelajaran yang dimediasi, pembelajaran jarak jauh menggunakan teknologi seperti internet, atau paket pembelajaran lainnya.

Banyak model yang sering digunakan dalam memilih media. Menurut Simonson & Smaldino, et al, (2009), pertimbangan paling mendasar dalam memilih media adalah konteks pembelajaran, antara lain konten, hasil yang diharapkan, dan karakteristik siswa.

  1. Mengembangkan dan Memilih Materi Pembelajaran

Di tahap ini akan digunakan strategi pembelajaran yang menghasilkan pembelajaran. Di tahap ini juga dihasilkan hal-hal seperti bimbingan untuk siswa, materi pembelajaran, dan asesmen. Materi pembelajaran di sini meliputi semua berkas yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti acuan instruktur, modul siswa, transparansi, rekaman video, belajar berbasis komputer, dan halaman web untuk pembelajaran jarak jauh. Keputusan untuk mengembangkan materi asli akan bergantung pada jenis hasil belajar, ketersediaan materi terkait yang ada, dan pengembangan sumber belajar yang tersedia. Kriteria untuk memilih di antara material yang tersedia telah disediakan.

  1. Merancang dan Menjalankan Evaluasi Formatif untuk Pembelajaran

Setelah melengkapi draf dari pembelajaran, serangkaian evaluasi dijalankan untuk memperoleh data yang digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana mengembangkan pembelajaran. Terdapat tiga jenis dari evaluasi formatif yaitu one-to-one evaluation, small-group evaluation, dan field-trial evaluation. Setiap jenis dari evaluasi memberikan jenis informasi yang berbeda bagi perancang yang dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran. Teknik serupa dapat diterapkan untuk evaluasi formatif yang ada pada material yang ada atau pembelajara di kelas.

  1. Revisi Pembelajaran

Tahap terakhir dalam merancang dan mengembankan proses adalah merevisi pembelajaran. Data-data dari evaluasi formatif disimpulkan dan diinterpretasikan untuk mengidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan dan terkait pada kesulitan yang spesifik dalam pembelajaran. Data pada evaluasi formatif tidak langsung digunakan untuk merevisi pembelajaran ini sendiri, namun digunakan untuk menjelaskan ulang validitas dari analisis pembelajaran dan asumsi mengenai sikap dasar dan karakteristik dari siswa. Hal ini dibutuhkan untuk menjelaskan ulang keterangan dari tujuan kinerja dan mencoba hal-hal yang disoroti dari data yang terkumpul. Strategi pembelajaran dikaji ulang dan akhirnya semua pertimbangan dirancang menjadi revisi untuk pembelajaran untuk membuat pembelajaran menjadi lebih efektif.

  1. Merancang dan Menjalankan Evaluasi Sumatif

Meskipun evaluasi sumatif merupakan evaluasi penentu dari efektifitas pembelajaran, namun evaluasi sumatif bukan merupakan bagian dari proses perancangan. Evaluasi sumatif merupakan nilai absolut/relatif dan terjadi hanya setelah pembelajaran telah dievaluasi secara formatif dan direvisi sehingga sesuai dengan standar dari perancang. Mengingat evaluasi sumatif biasanya tidak mengikut sertakan perancang dalam pembelajaran, namun mengikut sertakan evaluator independen, komponen ini tidak dipertimbangkan dalam bagian integral dari proses perancangan pembelajaran.

Sembilan tahapan dasar mewakili prosedur yang dilakukan dalam pendekatan sistem yang digunakan dalam merancang pembelajaran. Rangkaian prosedur ini merujuk pada sebuah pendekatan sistem karena dibuat dari komponen yang saling terkait, masing-masing komponen memiliki masukan dan keluarannya sendiri, yang secara bersama-sama menghasilkan produk. data juga dikumpulkan mengenai efektifitas dari sistem sehingga produk akhir dapat dimodifikasi sampai mencapai tingkat kualitas yang diinginkan. Ketika materi pembelajaran dikembangkan, data dikumpulkan dan materi direvisi sesuai dengan data yang ada untuk membuat pembelajaran menjadi seefektif dan seefesien mungkin.

Kelebihan dari model ini adalah digunakannya pendekatan sistem pada setiap tahapannya. Banyak penelitian yang mengenai efektifitas dari pendekatan sistem dalam merancang pembelajaran membuktikan bahwa pendekatan sistematik dalam merancang pembelajaran itu efektif. Hal tersebut dikarenakan fokusnya pendekatan pada apa yang siswa ketahui atau dapat lakukan ketika pembelajaran telah dilaksanakan.

Alasan kedua adalah fakta bahwa kesuksesan pendekatan sistem adalah dari hubungan antara tiap komponen, khususnya hubungan antaran strategi pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan. Pembelajaran secara spesifik ditujukan pada keterampilan dan pengetahuan yang diajarkan dan memberikan kondisi yang sesuai untuk belajar.

Alasan ketiga adalah bahwa kesuksesan dari pendekatan sistem terletak pada proses empiris dan replikatif. Pembelajaran dirancang tidak hanya untuk satu penyampaian, tetapi juga untuk digunakan di beragam situasi yang mungkin terjadi dengan beragam peserta. Karena kemudahan penggunaannya, maka akan menghemat waktu dan usaha untuk mengevaluasi dan merevisinya.

Referensi:

Simonson & Smaldino, et al. 2009. Teaching and Learning at a Distance. Boston: Pearson Education, Inc.