Oleh:

Prof. Sasmoko

Berdasarkan definisi dan sudut pandang para psikolog, diungkapkan mengenai tipe-tipe kepribadian. Beberapa psikolog membagi tipe kepribadian berbeda satu sama lain, dan perbedaan ini disebabkan oleh sudut pandang dari mana penelitian atas kepribadian dimulai atau didasarkan oleh faktor tertentu yang juga berbeda antara satu ahli dengan lainnya. Oleh karena itu beberapa tipe kepribadian yang akan dikemukakan berikut ini, dibatasi oleh pendapat yang dianggap cukup banyak diperbincangkan oleh para ahli.

Type Theory

Tokohnya adalah Galen, Ernest Kretschmer, William Sheldon.Galen mendasarkan penemuannya pada doktrin Hippocrates bahwa tubuh manusia dibentuk dari darah (blood), zat empedu kuning (yellow bile), zat empedu hitam (black bile), zat lendir (phlegm) yang berkaitan erat dengan empat tipe temperamen manusia yaitu tipe:

  1. Sanguin dengan kekuatan pengaruh zat darah, dicirikan dengan orang yang aktif, giat dan atletis;
  2. Choleric dengan kekuatan pengaruh zat empedu kuning (yellow bile) dicirikan dengan temperamen suka marah;
  3. Melankolik dengan kekuatan pengaruh zat empedu hitam (black bile) dicirikan dengan mudah depresi, atau sedih;
  4. Phegmatik dengan kekuatan pengaruh cairan lendir (phlegm) dicirikan dengan cepat lelah dan malas.

Ernst Kretschmer, mengemukakan kepribadian yang juga didasarkan pada bentuk tubuh, antara lain dikatakan bahwa orang yang memiliki bentuk tubuh tinggi kurus dan atletis diasosiasikan dengan orang yang senang menarik diri, kurang bergaul. Sedangkan orang yang pendek, gemuk adalah orang yang memiliki emosi yang kurang stabil (emotional instability).

Tipe kepribadian yang dikemukakan di atas selain “kadar” ilmiahnya masih dipertanyakan juga hanya mengemukakan sisi negatif dari kepribadian sehingga sangat disarankan untuk tidak dijadikan patokan penilaian kepribadian, sebab seringkali orang yang diberi cap negatif seringkali bertingkah laku sesuai dengan cap yang diberikan kepadanya.

Trait Theory

Tokohnya Gordon Allport dan, R.B. Cattell. Mereka mendefinisikan trait (watak), sebagai susunan neuropsychic yang mempunyai kemampuan memberikan banyak rangsangan pada fungsi-fungsi yang sederajat dan mengarahkan bentuk dan pengungkapan perilaku. R.B. Cattell mengklasifikasikan sifat berdasarkan empat pasang tipe yaitu:

  1. Common versus unique; artinya terdapat sifat-sifat umum yang dimiliki oleh semua orang dan orang yang memiliki sifat khusus dan tidak dimiliki oleh orang lain;
  2. Surface versus source; artinya suatu sifat ada yang dengan mudah dapat dilihat dan ada yang harus dilakukan penelitian lebih jauh baru dapat kelihatan;
  3. Constitutional versus environtmental mold; yaitu sifat yang tergantung pada pembawaan (constitutional) dan yang tergantung pada lingkungan;
  4. Dynamic versus ability and temperament; dynamic artinya sifat yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan dan sifat yang menentukan kemampuan untuk mencapai tujuan dan temperamen adalah aspek-aspek emosional yang mengarahkan kepada aktifitas.

Psychoanalysis Theory

Tokohnya adalah Sigmund Freud yang mengatakan bahwa kepribadian manusia adalah pertarungan antara Id, Ego dan Super Ego. Id adalah bagian kepribadian manusia yang mengendalikan dorongan-dorongan biologis seperti dorongan sex dan sifat agresif, Id bertindak atas prinsip kesenangan semata, sehingga seringkali disebut sebagai tabiat hewani manusia. Super Ego adalah hati nurani yang bertindak atas prinsip moral. Super ego merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya, Id dan Super Ego seringkali bertentangan, dan ketiganya berada dalam alam bawah dasar manusia.  Ego merupakan kepribadian yang menjembatani antar keinginan Id dan aturan yang ditentukan oleh super ego. Baik id, ego dan super ego, ketiganya berada dalam alam bawah sadar manusia.

Jadi dalam teori psikoanalisis dijelaskan oleh Freud bahwa perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego) dan sosial (super ego) atau menurut Jalaluddin Rahmat disebut sebagai unsur animal, rasional dan moral. Freud juga mengemukakan bahwa kepribadian manusia dipengaruhi oleh tingkatan psychosexual  yang dibagi ke dalam tiga tingkatan yaitu:

  1. Oral Stage: umur 0 – 1½ tahun dicirikan dengan kesenangan pada bagian mulut dan bibir seperti ngemut, menggigit, dan menelan.
  2. Anal Stage: umur 1½ – 3 tahun dicirikan dengan sering mempermainkan sesuatu yang keluarnya dari analnya.
  3. Phallic Stage: umur 3 – 6 tahun sangat tertarik pada bagian-bagian vitalnya.

Pada fase ini juga mulai terlihat kesenangan pada lawan jenisnya, seperti anak laki-laki yang menyenangi ibunya dan anak perempuan menyenangi bapaknya. Apa hubungan antara fase perkembangan dengan kepribadian seseorang? Menurut Freud, rasa frustrasi dan konflik yang terjadi pada fase-fase tertentu akan mempengaruhi kepribadian seseorang pada saat beranjak dewasa yang mengakibatkan 2 hal yaitu yang disebut: Fixation (perasaan yang mendalam) dan Regression. Sebagai contoh; jika seseorang mengalami fixation pada oral stage maka orang tersebut akan cenderung berkarakter rakus, dan kurang peduli, dan jika mengalami hal yang sama pada anal stage maka ia cenderung kikir dan kepala batu.

Phenomenology Theory

Tokoh adalah: Abraham Maslow, dan Carl Rogers.  Berbeda dengan teori psikoanalisis yang menekankan pada masalah perkembangan psychosexual, ketidaksadaran (unconscious), teori ini lebih menekankan pada masalah persepsi, pengertian, perasaan dan pengertian akan diri sendiri (self).

Teori ini melihat manusia sebagai pribadi unik dan sangat individual sifatnya artinya kepribadian seseorang dalam perkembangannya, sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungannya, dalam hal ini orang tua dan orang-orang yang menjadi panutannya. Teori-teori tentang kepribadian banyak pula dibahas oleh para pakar di antaranya adalah sebagai berikut.

Tokoh Teori Kepribadian

Larry A. Hjelle dan Daniel J. Ziegler

Menurut Larry A. Hjelle dan Daniel J. Ziegler teori-teori kepribadian diklasifikasikan menjadi 3 kategori:

  1. Psikoanalisis: yang menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai naluri dan konflik batiniah (intrapsychic), konsep tersebut hasil riset Sigmund Freud tentang gangguan mental terhadap orang yang menekankan pada kekuatan ketidaksadaran (unconscious) dan mengambil faktor irasional sebagai faktor pengontrol dari perilaku manusia.
  2. Prospektif dari kepribadian psikologi dari behaviorism: memandang manusia lebih lunak dan mudah dibentuk, dan korban yang pasif dari kekuatan-kekuatan di dalam lingkungan seperti yang diterangkan oleh pakar perilaku B.F. Skinner. Beliau menekankan belajar dari pengalaman sebagai kualitas dasar dalam pembentukan blok-blok pemikiran kita yang disebut sebagai kepribadian.
  3. Humanic Psychology: yang merupakan perspektif yang terbaru dalam kepribadian manusia yang mempersembahkan suatu gambaran yang sangat berbeda tentang manusia yang satu dengan yang lain, pakar-pakar kepribadian yang berorientasi pada prinsip kekuatan ketiga atau potensi bahwa gerakan manusia (human potential movement) menyatakan: manusia pada hakikatnya adalah baik dan dapat menyempurnakan diri (self perfecting). Berdasarkan pandangan ini wajar bagi manusia secara alamiah berubah secara konstan ke arah pengembangan diri kreatif dan mencukupi diri sendiri, kecuali adanya kondisi lingkungan yang sangat kuat yang menjadikan sebaliknya.

Para pakar pendukung humanistic psikologi mempertahankan bahwa manusia sebagian besar sadar dan rasional dan tidak didominasi oleh kebutuhan dari ketidaksadaran dan konflik. Ada bebrapa pakar psychology yang telah terlibat dalam memperkenalkan kepribadian yang menggunakan pendekatan humanistic, antara lain  Erich Fromm, Gordon Allport, Carl Rogers, Victor Frankl, Rollo May dan Abraham Maslow.

Ericson

Ketika Freud mengidentifikasi perkembangan kepribadian dengan 3 (tiga) subsistem, maka Ericson mengembangkan menjadi 8 tahap. Seperti Freud, Ericson juga mengembangkan kepribadian dalam tahapan-tahapan. Di mana setiap tahapan dapat diidentifikasi dengan masa krisis. Delapan tahapan perkembangan kepribadian dari Ericson adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap Perkembangan Kepribadian Ericson

Tahapan Usia

(Dalam tahun)

Karakteristik

Sukses >< Gagal

Bayi awal 0 – ± 1 Percaya >< Tidak Percaya
Bayi lanjut ± 1 – ± 3 Otonomi>< Malu dan Ragu-ragu.
Anak-anak awal ± 4 – ± 5 Inisiatif >< Merasa bersalah
Anak-anak pertengahan ± 6 – ±11 Ketekunan >< Rasa rendah diri
Masa Puber ± 12 – ± 20 Membuktikan Kemampuan >< Kekacauan peran
Dewasa awal ± 20 – ± 40 Kekariban >< Pengasingan
Dewasa pertengahan ± 30 – ± 65 Menyamaratakan >< Tidak aktif
Dewasa lanjut Di atas ± 65 Menggabungkan >< Putus asa

Ericson tidak merasa bahwa semua periode yang penting dalam bertambahnya perbuatan yang disengaja dan kemampuan yang lebih tinggi terjadi pada masa krisis secara berturut-turut. Ia menegaskan bahwa perkembangan psikologi terjadi karena tahapan-tahapan kritikal. Kritikal adalah karakteristik pada saat membuat keputusan antara kemajuan dan kemunduran. Pada situasi seperti ini, maka bisa terjadi prestasi atau kegagalan, sehingga dapat mengakibatkan masa depan yang akan lebih baik atau lebih buruk, tetapi sebetulnya situasi tersebut dapat disusun kembali. Bagaimanapun juga, Ericson tidak menerima gagasan atau pikiran Freud yang mengatakan bahwa kepribadian setelah masa kanak-kanak yang tidak penurut tidak bisa diubah. Ericson percaya bahwa kepribadian masih dapat dibentuk dan diubah pada masa dewasa.

Masa dewasa dibagi dalam tiga tahap yaitu, dewasa awal, dewasa pertengahan dan dewasa lanjut. Pada masa dewasa awal persoalan utamanya adalah kekariban dan alternatifnya adalah pengasingan. Masa dewasa pertengahan akan menuju kemenyamaratakan, dalam proses tersebut, individu dengan perasaannya yang baru akan menjadi kebapakan (paternal) dan kreatif, dengan rasa ikut bertanggung jawab untuk menuntun generasi yang baru dan perkumpulan anak-anak muda, tahapan terakhir menawarkan peluang untuk memecahkan masa krisis awal melalui penggabungan. Oleh karena itu, pada saat Ericson membandingkan tahapan awal dengan teori Freud, ternyata tahapan dewasa lanjut menggambarkan periode pertumbuhan secara alamiah. Sependapat dengan Freud, Ericson juga percaya bahwa setiap orang tidak dapat berhasil dalam menyesuaikan diri di setiap tahapan, tidak berdayanya perkembangan kepribadian pria dan wanita, dapat mengakibatkan bertambahnya tekanan (stres) dan kegelisahan.

Algyris

Chris Algyris meyakini bahwa orang yang sehat mencoba mendapatkan atau menuntut situasi yang menawarkan otonomi (mandiri, keinginan yang bebas atau luas), perlakuan yang sama, dan kesempatan untuk menonjolkan kemampuannya dalam masalah rumit. Kesehatan itu cenderung bergerak dari ketidakmatangan menuju kematangan; dari:

  1. keadaan pasif ke pengembangan aktif.
  2. ketergantungan ke kemandirian.
  3. sejumlah rata-rata berkelakuan baik ke alternatif pilihan yang jelas.
  4. minat yang dangkal atau sederhana ke minat yang penting atau bermanfaat.
  5. perspektif waktu yang singkat ke perspektif waktu yang lebih leluasa.
  6. posisi subordinasi ke cara memandang dirinya sebagai superordinat.
  7. miskinnya kesadaran terhadap dirinya ke kesadaran tentang dirinya.

Orang sehat akan selalu menampakkan tingkah laku yang matang, sedangkan orang sakit cenderung kekanak-kanakan dan bertingkah laku yang tidak matang.

Sheehy

Perkembangan orang dewasa ditempuh melalui 5 (lima) tahap krisis sebagai berikut.

  1. Periode Pulling up roots. Fase ini adalah fase ketakutan dan ketidakpastian yang menyebabkan munculnya perlawanan diri sebagai akibat dari rasa tidak puas dengan keadaan rumah, gangguan fisik (sakit), ketidakpuasan finansial dan keretakan emosional dengan orang tua. Dalam hal ini hukuman mungkin lebih sulit.
  2. The trying twenties. Pada usia 21 tahun kita berupaya memahami siapa kita dan kemana kita. Semuanya terasa serba mungkin. Fase ini adalah masa yang baik, sekaligus masa terbentuknya ketakutan yang diikuti dengan tidak ditemukan pilihan-pilihan yang pasti. Ada dua kekuatan yang menekan kita. Pertama masa depan dengan pemulihan kepercayaan. Kedua menyelidiki dan memelihara fleksibilitas kepercayaan.
  3. The catch thirties. Pada usia 30 tahunan kepercayaan hidup terbentuk, rusak, dan diperbaharui ke visi baru atau berkurangnya sifat yang idealistis ke tujuan realistis. Kepercayaan-kepercayaan diubah atau harus dikuatkan. Adanya perubahan, kegelisahan dan sering munculnya dorongan hati yang kuat.
  4. The deadline decade (35 – 45 tahun). Pada ± 10 tahun usia ini memunculkan kembali masalah-masalah hidup. Sewaktu muda penuh sejarah yang bahaya dan baik, tetapi kini sudah berakhir. Namun pada periode ini disifati oleh ujian kembali terhadap seluruh tujuan yang ada, bagaimana kita sekarang akan menikmati seluruh kekayaan atau kepemilikan kita.
  5. Renewal or regisnation. Pertengahan umur 50 tahun adalah periode stabil. Periode ini membawa seseorang merasa dalam kesabaran dan segalanya sudah terlewati. Bagi seseorang yang sukses menemukan bangunan hidupnya, maka pada usia ini menjadikan seseorang tahun hidup yang terbaik.

Sheldon

Menurut Sheldon, manusia dilihat dari segi morphologi (bentuk badan) dapat dibedakan menjadi hal-hal berikut.

  1. Endomorph, dengan ciri-ciri gemuk, suka makan, lamban bereaksi, dan suka berteman.
  2. Mesomorph, dengan ciri-ciri atletis, agresif, dan suka hal-hal yang menantang.
  3. Ectomorph, dengan ciri-ciri kurus, cepat dalam bereaksi, dan suka hal-hal yang bersifat “privacy”.

Penyelidikan Sheldon di atas berdasarkan adanya korelasi antara bentuk badan dengan karakter seseorang. Penampilan fisik seseorang akan membawa pengaruh karakternya contoh: seseorang berfisik atletis, dalam bertindak cenderung menjadi agresif.

Carl Gustav Jung

Menurut Carl Gustav Jung, kepribadian dalam individu dapat dibedakan antara 2 sisi yang Introvert serta Extrovert. Pada diri individu yang introvert, maka pada umumnya memiliki sifat-sifat cenderung menarik diri, suka bekerja sendiri, tenang, pemalu, tetapi rajin, hati-hati dalam mengambil keputusan, dan cenderung tertutup secara sosial. Individu yang extrovert, pada umumnya memiliki ciri-ciri suka berpandangan atau berorientasi keluar, bebas dan terbuka secara sosial, berminat terhadap keanekaan, sigap dan tidak sabar dalam menghadapi pekerjaan yang lamban, dan suka bekerja kelompok.

Exstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dari dirinya, sehingga segala minat, sikap, keputusan-keputusan yang diambil lebih ditentukan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar dirinya. Pada dasarnya orang-orang yang bersifat ekstrovert menunjukkan sikap yang lebih terbuka dan mau menerima masukan dari pihak luar, aktif, suka berteman dan ramah tamah. Umumnya mereka sudah senada dengan kebudayaan dan orang-orang yang berada di sekitarnya, serta berupaya untuk mengambil keputusan sesuai dan serasi dengan permintaan dan harapan lingkungan. Sedangkan tipe  introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Minat, sikap, dan keputusan-keputusan yang diambil selalu didasarkan pada perasaan, pemikiran dan pengalamannya sendiri. Pada dasarnya orang yang introvert cenderung pendiam dan tidak membutuhkan orang lain karena merasa segala kebutuhannya dapat dipenuhinya sendiri. Di samping penampakan umum tersebut, introvert menunjukkan sikap yang tertutup dan lebih berhati-hati, pengambilan keputusan agak terlepas dari kendala-kendala dan penelaahan mengenai situasi, kebudayaan, perorangan atau benda-benda di sekitar mereka, mereka tenang, rajin, bekerja sendiri, dan agak tertutup secara sosial. Umumnya orang introvert tidak suka diinterupsi apabila sedang bekerja dan cenderung melupakan nama dan muka orang. Meskipun demikian keduanya masing-masing memiliki kecenderungan ciri stable dan unstable. Meskipun demikian baik extrovert dan introvert hanya merupakan suatu tipe reaksi yang terus menerus, dan bila seseorang menunjukkan reaksi semacam itu secara kontinyu atau dengan kata lain reaksi semacam itu telah menjadi kebiasannya, maka barulah dapat dianggap seseorang mempunyai kepribadian satu dari kedua tipe itu.

Pada perkembangan melalui adaptasi maupun intervensi terhadap lingkungan, sebagian individu mengadakan penyesuaian, sehingga menjadi sifat yang ambivalen, yakni sifat di antara introvert dan extrovert. Seseorang yang mempunyai sifat introvert dengan adanya unsur adaptasi dengan lingkungan serta rasa percaya dirinya yang semakin bertambah akan cenderung bergerak ke arah exstrovert. Demikian juga seorang exstrovert dengan adanya unsur adaptasi dengan lingkungan serta rasa percaya diri yang semakin bertambah akan cenderung bergerak ke arah introvert.

Eric Berne

Eric Berne memperkenalkan suatu metode untuk menganalisis kepribadian seseorang dengan melihat tingkah laku mereka yang dominan pada suatu saat, dan bila ini menjadi kebiasaan yang terus menerus dapat dikatakan manusia memiliki kecenderungan tipe kepribadian tertentu. Berne membagi tipe kepribadian manusia menjadi tiga bagian, yakni kanak-kanak, dewasa dan orang tua. Setiap tipe kepribadian ini membawa perilaku tertentu dalam berinteraksi dengan orang lain. Metoda yang dilakukan untuk pembagian tipe kepribadian ini adalah dengan analisis transaksional yang merugikan liku-liku yang mendasari tata cara, tingkah laku pribadi-pribadi dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam cara berpikir dan berkelakuan, dalam perasaan dan cara menghadapi kenyataan hidup ternyata terdapat beberapa corak yang berbeda, sehingga didapat konsep ego state yang menampakkan kepribadian seseorang.

Berne membedakan ego state manusia dalam tiga tipe kepribadian yang berbeda, yakni, kanak-kanak (child), orang tua (parents), dan dewasa (adult). Orang dengan tipe kanak-kanak, menampakkan kembali perilaku, perasaan, pemikiran, pengamatan orang dari masa kecilnya. Kelincahan dan kebebasan berpikir masih nampak juga pada orang dewasa yang memiliki tipe kanak-kanak kuat.  Tipe dewasa menampakkan akal sehat yang mampu menilai kenyataan sekarang ini dan merencanakan masa depan. Pengertian tipe kepribadian dengan menggunakan ego state dinamakan analisis struktural. Meskipun perkataan Eric Berne ini belum dapat diterima sepenuhnya sebagai suatu tipe kepribadian, namun secara metodologis ia telah membanggakan cara meneliti perilaku manusia yang membentuk kepribadiannya. Sama seperti kedua teori di atas sebelumnya, ego state bersifat ambivalen tidak ada yang seratus persen mewakili salah satu tipe dalam diri manusia, pada dasarnya manusia memiliki ketiga tipe tersebut, hanya berbeda dari faktor dominannya saja.

Faktor Penentu Perubahan Kepribadian

Perubahan dalam kepribadian tidak terjadi secara spontan, tetapi merupakan hasil pematangan, pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial budaya, dan faktor-faktor dari individu.

  1. Pengalaman Awal.i Sigmund Freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal (masa kanak-kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu adalah pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan.
  2. Pengaruh Budaya. Dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya.
  3. Kondisi Fisik. Kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepribadian seseorang. Kondisi tubuh menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan seseorang. Secara tidak langsung seseorang akan merasakan tentang tubuhnya yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya. Kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian antara lain adalah kelelahan, malnutrisi, gangguan fisik, penyakit menahun dan gangguan kelenjar endokrin ke kelenjar tiroid (membuat gelisah, pemarah, hiperaktif, depresi, tidak puas, curiga dan sebagainya).
  4. Daya Tarik. Orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya memiliki lebih banyak karakteristik kepribadian yang diinginkan daripada orang yang dinilai kurang menarik, dan bagi mereka yang memiliki karakteristik menarik akan memperkuat sikap sosial yang menguntungkan.
  5. Perhatian yang berlebihan terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan anak yang kurang pandai merasa bodoh apabila berdekatan dengan orang yang pandai tersebut, dan tidak jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.
  6. Ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinilai sebagai orang yang tidak matang. Penekanan ekspresi emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar, tidak mau bekerja sama dan sibuk sendiri.
  7. Walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep diri, namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu mempengaruhi orang yang berarti dalam hidupnya. Nama yang dipakai memanggil mereka (karena nama itu mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pikiran orang lain) akan mewarnai penilaian orang terhadap dirinya.
  8. Keberhasilan dan Kegagalan. Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaruhi konsep diri, kegagalan dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhasilan akan menunjang konsep diri itu..
  9. Penerimaan Sosial. Anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan rasa percaya diri dan kepandaiannya. Sebaliknya anak yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan membenci orang lain, cemberut dan mudah tersinggung.
  10. Pengaruh Keluarga. Pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak anak adalah keluarga dan di dalam keluarga itulah diletakkan sendi-sendi dasar kepribadian.
  11. Perubahan Fisik. Perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan kematangan fisik yang mengarah kepada perbaikan kepribadian. Akan tetapi perubahan fisik yang mengarah pada klimakterium dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu kemunduran menuju ke arah yang lebih buruk. Sebenarnya masih banyak lagi hal-hal yang mempengaruhi kepribadian, tetapi tidak dapat seluruhnya disampaikan disini mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada.